Tanggal 25 Desember 2023 pagi, kami mengikutiacara di Piazza San Pietro, Lapangan Santo Petrus, halaman depan Basilika Santo Petrus. Pagi itu, Paus Fransiskus memberikan pesan juga berkat Urbi et Orbi, pada Kota dan Dunia.
Kami berada di “tangan” atau balkon kiri basilika. Bila para peziarah dan wisatawan memasuki Lapangan Santo Petrus, akan melihat barisan 284 tiang yang berdiri kokoh berjajar empat di kiri-kanan lapangan dibangun yang melambangkan tangan terbuka dari ‘gereja induk’, yaitu Basilika Santo Petrus.
Sehingga ketika siapa pun yang masuk ke alun-alun itu serasa dipeluk; serasa masuk dalam pelukan tangan yang kuat dan hangat. Itulah lambang bahwa Gereja memeluk dengan hangat siapa pun yang datang padanya, tanpa kecuali.
Di balkon kiri kami berada. Dari atas terlihat jelas pemandangan seluruh Alun-alun Santo Petrus. Ribuan umat dari berbagai negara duduk dan berdiri rapi menunggu Paus muncul di balkon basilika dan memberikan pesan serta berkatnya.
Persis di depan basilika, korps musik Vatikan berjajar rapi dan memainkan lagu-lagu. Juga di sana berbaris rapi pasukan pengawal dan pengaman Paus yang disebut Pontificia Cohors Helvitica atau Pontifical Swiss Guard, Pengawal Kepausan atau Garda Swiss.
Mereka disebut tentara terkecil di dunia, karena jumlahnya hanya 135 orang. Pasukan ini dibentuk pada 22 Januari 1506 oleh Paus Julius II. Seragam Garda Swiss sangat indah: baju dan celana panjang sebatas betis bermotif garis-garis besar warna merah, biru, dan kuning kunyit; berbaret hitam (tapi pagi itu mereka memakai helm model romawi dengan jambul merah); sepatu lars garis-garis biru-kuning.
***
Piazza San Pietro mengingatkan piazza di banyak negara. Misalnya, Red Square (Moskwa, Rusia), Djemaa El-Fna (Marrakech, Maroko), Piazza del Campo (Siena, Italia), Times Square (New York, AS), Rynek Główny (Kraków, Polandia), Tiananmen Square (Beijing, China), Piazza San Marco (Venetia, Italia), Grote Markt (Brussels, Belgia), Zócalo (Mexico City, Meksiko), Trafalgar Square (London, Inggris), Plaza de Mayo (Buenos Aires), dan Plaza Mayor ( Madrid Spanyol).
Masing-masing piazza memiliki keunikan sendiri dan cerita khas. Piazza San Pietro, misalnya diberi nama Piazza San Pietro karena di tempat itulah diyakini dahulu Rasul Santo Petrus dibunuh. Ia dibunuh dengan cara disalib terbalik, kepala di bawah.
Piazza ini dirancang oleh arsitek sekaligus pematung dan pelukis, Gian Lorenzo Bernini (1598-1680) yang sering disebut sebagai Shakespeare-nya pematung. Bernini juga disebut sebagai salah seorang arsitek dan pematung terbesar Zaman Barok. Tokoh lainnya, Michaelangelo Merisi da Caravaggio dan Palladio.
Berbagai bahan bacaan menceritakan, sama halnya dengan Renaisans, era Barok juga bermulai di Italia. Bisa dikatakan Barok adalah gerakan artistik yang berkembang di Italia, di Roma, pada awal abad ke-17.
Arsitektur Barok adalah gaya bangunan, desain, dan seni yang sangat mewah, dimanis, heroik, serta kaya cahaya dan warna. Arsitekturnya ditandai dengan bentuk yang sangat detail, marmer, dekorasi skala besar, dan warna cerah. Gaya Barok dimaksudkan untuk mewakili kemuliaan Gereja Katolik Roma.
Maka, seni pada era Barok harus berkaitan dengan tema-tema yang religius dan penuh emosi. Arsitektur ini dicirikan dengan eksplorasi baru pada intensitas yang dramatis, pencahayaan dan bayangan, serta bentuk.
Gaya Baroque (Barok) terlihat lebih dinamis dengan sudut-sudut bangunan yang melengkung, pilar-pilar berbentuk memutar, langit-langit dipenuhi fresco, pahatan-pahatan, dan penggunaan cahaya dramatis yang langsung menyorot karya-karya seni di dalam gereja agar terlihat lebih teatrikal.
Gerakan ini didorong oleh Gereja Katolik yang berupaya untuk kembali ke tradisi dan spiritualitas yang dipromosikan Gereja melalui Kontra Reformasi Zaman itu kira-kira antara tahun 1600 dan 1750, sesudah Zaman Renaisans dan sebelum Zaman Neoklasik.
Di era ini, lahir pula kompuser-kompuser musik klasik yang begitu kondang. Misalnya, Johann Sebastian Bach, George Frideric Händel, dan Antonio Vivaldi, juga Arcangelo Corelli.
***
Pembangunan Piazza San Pietro memerlukan waktu 11 tahun, 1656 – 1667 atas arahan Paus Alexander (1599-1667); menjadi Paus mulai 1655. Piazza ini dibangun sebagai tambahan pada Basilika Santo Petrus, untuk menonjolkan kemegahan basilika.
Di tengah piazza, berdiri tegak lurus, menjulang tinggi obelisk, tugu batu granit merah. Ini adalah salah satu dari 13 obelisk asal Mesir yang dibawa Caligula (12-41; menjadi kaisar pada tahun 37 dan dibunuh tahun 41) ke Roma. Penempatan obelisk di tengah alun-alun itu atas perintah Paus Sixtus V (1521-1590) menjadi Paus sejak 1585.
Di piazza inilah, pada 13 Mei 1981, Paus Yohanes Paulus II (sekarang bergelar Santo) ditembak oleh Mehmet Ali Agca. Ia melepaskan empat tembakan, satu di antaranya mengenai perut Paus, nyaris mengenai organ vital, dan satu lagi mengenai tangan kiri paus.
Peluru ketiga mengenai dada Ann Odre yang berusia 60 tahun. Ia luka serius. Peluru keempat mengenai Rose Hill Jamaika berusia 21 tahun di lengannya. Empat hari kemudian, tatkala masih terbaring di ranjang rumah sakit, Paus mengampuni Ali Agca.
***
Dahulu kala, Alun-alun Santo Petrus dan Basilika Santo Petrus adalah Circo di Nerone atau Circus Nero (yang mengawali membangun adalah Caligula dan dirampungkan Nero). Kata circus diambil dari bahasa Latin yang artinya lingkaran; jalur perlombaan, gelanggang (untuk balap kereta kuda).
Nero mulai berkuasa sebagai kaisar kelima Roma pada tahun 54 M; dan meninggal pada usia 30 tahun. Nero Claudius Caesar Augustus Germanicus (37-68) dikenal sebagai salah seorang penguasa Roma yang paling terkenal, karena kekejaman dan pesta poranya.
Ia memerintah pada saat terjadi perubahan sosial dan politik yang besar. Di zamannya, Roma terbakar (64). Saat Roma terbakar, Nero sedang di vilanya, Antium (56 km dari Roma). Tapi, ada cerita, Nero lah yang memerintah pembakaran atas Roma. Kata sejarawan Roma, Tacitus, Nero nuding orang-orang Kristen-lah yang harus bertanggung jawab atas kebakaran Roma.
Circus di zaman itu adalah lapangan persegi panjang yang memiliki lintasan untuk lomba kereta yang ditarik empat kuda. Panjang circus 161 meter dan lebar 90 meter. Penonton melihat di seputarnya.
Selain digunakan untuk balapan kereta kuda, circus juga untuk tempat pertarungan gladiator, pembantaian hewan, pertarungan tiruan, dan olahraga berdarah lainnya. Pendek kata, tempat hiburan pada masa itu.
***
Kini yang namanya “circus” tidak lagi seperti dulu. Sekarang umumnya sirkus diartikan sebagai sekelompok orang yang berkelana untuk menghibur penonton dengan atraksi akrobat, badut, binatang terlatih, aksi trapeze, berjalan di atas tali, juggling, sepeda roda satu, dan hiburan-hiburan lainnya.
Sirkus semacam itu, mulai pertama diperkenalkan oleh Philip Astley (1742 – 1814). Dialah Bapak Sirkus moderen. Sirkus tradisional biasanya beratraksi di dalam tenda besar dengan tempat duduk melingkar berbentuk oval di sekeliling ring utama. Dari dulu, sejak zaman Romawi, tujuannya: menghibur.
Kata Eleanor Lybeck (2023) dari Universitas Liverpool, Astley tidak hanya menggunakan sirkus untuk menghibur tapi juga menyampaikan komentar-komentar sosial dan politik.
Cara seperti itu dikemudian hari terus berkembang. Kata Jonathan Charteris-Black, seorang profesor linguitik, kata sirkus (circus) dalam diskursus politik digunakan sebagai metafor, kiasan. Metafora digunakan dalam konteks politik “untuk tujuan ideologis karena metafora mengaktifkan asosiasi emosional yang tidak disadari dan dengan demikian berkontribusi pada penciptaan mitos”.
Dalam kasus khusus metafora sirkus, asosiasi emosional tersebut mungkin mencakup – dalam arti positif – risiko, keberanian, kegembiraan, dan kebebasan, jika kita berpikir untuk melarikan diri bersama sirkus.
Namun dalam arti negatif, metafora sirkus mungkin menunjukkan kekejaman dan kekacauan, perilaku antisosial dan tidak beradab, gaya dibandingkan substansi. Ini mengacu pada circus di zaman Romawi.
Metafora sirkus dalam politik ini yang kemudian memunculkan istilah “Sirkus Politik” atau “Politik Sirkus.” Sirkus macam ini, muncul di mana-mana, pada musim tertentu. Kadang lebih lucu dibanding lelucon para badut di sirkus betulan. Tapi kerap kali malah bikin muak.
Tentu cerita tentang sirkus itu, apalagi sirkus politik, tidak disampaikan Paus ketika memberikan pesan dan berkat Urbi et Orbi.
Yang kami ingat pesan Paus pagi itu…. “Bergembiralah, hai kamu yang telah meninggalkan segala harapan, karena Tuhan mengulurkan tangan-Nya kepadamu; dia tidak menudingmu, tapi mengulurkan tangan kecilnya padamu, untuk membebaskanmu dari ketakutanmu, untuk membebaskanmu dari bebanmu dan untuk menunjukkan kepadamu bahwa, di matanya, kamu lebih berharga dari apa pun.”
Dan, sejak tahun 1667, Circo di Nerone sudah menjadi Basilika Santo Petrus dan Alun-alun Santo Petrus… Tak ada lagi balapan kereta kuda, tak ada lagi pertarungan gladiator… Tak ada lagi Sirkus…apalagi sirkus politik. ***
Foto-foto lain:
Mas Trias, terima kasih atas riwayat sinfkat dan informasi details tentang Piazza San Pietro yang menggambarkan rangkulan kedamaian gerejawi kepada siapapun yang berkunjung. Semoga simbol dan sapaan ini dapat membangkitkan rasa tenteram dihati banyak orang. Selamat menyongsong Tahun Baru 2024. Tuhan memberkati. 🙏🙏
Sangat mencerahkan dan menambah referensi ilmu pengetahuan Pater ias. Sehat dan sukses selalu.
Sungguh mengagumkan kisah tentang
Piazza San Pietro ini, menambah wawasan dan pengetahuan
Selamat Natal dan Tahun Baru 2024 pak Dubes
Suatu kronologi plaza Santo Petrus yang bersejarah ini, ditulis dengan niat menginformasikan, menjelaskan dan menegaskan negara Katolik Vatikan. Mungkin bisa menginspirasi gereja2 di Indonesia agar dibangun dan dirawat, diperindah dengan baik. Tuhan memberkati.
Matur nuwun telah dicerahkan salah satu proses peradaban manusia. Karya arsitektur dan lukisan mengagumkan masa lalu.
Circus masa lalu membuat buku kuduk berdiri krn kejam thd manusia dan binatang/bestiary.
Circus politik mirip … bisa kejam… keji
… dan abai thd ethics dan moral…
Berkah Dalem
Narasi yang sangat menarik, penuh info yang sangat detail…. beginilah kalau DuBes dengan latar belakang wartawan sekaligus penulis buku…. Selamat Natal ya YE Trias Kuncahyono
Tuhan tidak menuding, tetapi mengulurkan tanganNYA kepada kita,… untuk membebaskan kita dari ketakutan, dari beban, dan untuk menunjukkan kepada kita bahwa, di mata Tuhan- kita lebih berharga dari apapun.
Terima kasih bung Trias, untuk narasi, laporan pandangan mata- karena bung dubes ini kan dulunya wartawan senior, he hee, … pun filosofi dan sisi historis dari Basilika dan Piazza St Petrus yg memukau dan menyentuh hati.
Kita kesampingkan dulu, segala circus dan metafora ikutannya baik yang satire maupun yg tidak lucu … dalam kesempatan di hari terakhir tahun 2023 ini.
Kita sambut 01 Januari 2024 dengan penuh percaya bahwa, kasihNYA akan selalu menyertai kita semua.
Met Tahun Baru 01/01/2024 bung Trias dan para sederek sekalian.
Selamat malam menjelang Tahun Baru 2024 (waktu Indonesia). Terimakasih foto-foto yg indah dan narasi penjelasannya. Melengkapi apa yg pernah saya lihat 26 th lalu, usai Pertemuan Pax Romana ICMICA (1997), di Asisi Itali (dng narsum tunggal Ramos Horta Nobelist), sebuah Kota Kecil yg juga indah. Semoga mas Trias di lain kesempatan share kota-kota lain, krn narasi jurnalis Mas Trias enak dibaca dan perlu.😊