“SOLO BY NIGHT”

 

Hiasan natal di Solo (foto: Solopos.com)

Sengaja saya menulis judul tulisan ini, Solo By Night, untuk menyebut Solo Diwaktu Malam,  biar mirip-mirip dengan, misalnya, Midnight in Moscow, sebuah lagu Rusia; atau A Night in Tunisia yang dinyanyikan oleh Dizzy Gillespie.

Menurut cerita lagu Midnight in Moscow itu ditulis oleh komposer Vasily Solovyov-Sedoi dan penyair Mikhail Matusovsky pada tahun 1955. Semula, lagu itu diberi judul Leningrad Nights.

Tetapi, lucunya, atas permintaan Kementeriaan Kebudayaan Rusia judul lagu juga liriknya diubah menjadi Moscow Nights yang diberi “cover” Midnight in Moscow_.

Sedang A Night in Tunisia, lirik dan lagu karya Dizzy Gillespie. Lagu afro-jazz ini, pertama kali direkam tahun 1944, tp baru dirilis 10 tahun kemudian. Yang menarik, Dizzy Gillespie meski mampu melukiskan keindahan Tunis dan bulannya,  tapi ia belum pernah mengunjungi Tunis.

Syair lagu itu, memang indah. Coba simak:
The moon is the same moon above you; A glow in its cool evening light; The stars are aglow in Tunisia; Never does it shine so bright

***

    Malam di kota Solo (foto: Kompas.com)

Ketika beberapa hari lalu saya sampai di Solo, pukul 22.05, bulan memang tidak kelihatan. Tetapi, saya yakin dan percaya, bulan yang dilihat Dizzy Gillespie menggantung di langit Tunisia, juga bulan yang ada di atas Solo, meski tidak kelihatan.

Saya memang juga tidak mendengar alunan lagu A Night in Tunisia atau Moscow Nights, tapi yang menyusup ke telinga adalah Solo Diwaktu Malam._Seingat saya, lagu keroncong itu dinyanyikan Mus Mulyadi dan dirilis tahun 1978.

Lagu itu, seperti A Night in Tunisia yang menggambarkan keindahan Tunisia, melukiskan keindahan Solo. Kata Mus Mulyadi, “…. Merengkuh menarik hati sunyi …Banyak tempat penghiburan asri
Pandangan mata berganti…

Jalan Slamet Riyadi, jalan protokol yang membelah Solo, malam itu masih ramai. Malam belum begitu tua. Tapi, Solo memang kota tak pernah tidur. Yang tidur adalah para tukang becak, yang melingkarkan tubuhnya berbalut sarung, di jok becak sambil mendengarkan lagu
campur sari dari radio.

Saya memang tidak beruntung ikut menikmati pesta rakyat menyambut perkawinan agung, yang meriah seperti yang saya lihat di video-video yang beredar di tengah masyarakat kemarin. Tetapi, saya beruntung menikmati indahnya hiasan Natal dan Tahun Baru di kawasan Balai Kota dan Jalan Jenderal Sudirman.

Kata Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka, “Balai Kota dan Jalan Jenderal Sudirman adalah public space yang bisa digunakan semua paguyuban, komunitas, kelompok apa pun. Kemarin sudah ada lampion Imlek, lampion Idul Fitri, lampion bulan Suro, lampion 17-an, karena ini mendekati Nataru (Natal dan Tahun Baru), lampion dan dekorasinya Natal.” Itu alasannya mengapa ada hiasan Natal di sekitar Balaikota dan Jalan Jenderal Sudirman.

***

Suasana Natal di Beirut, Lebanon

Melihat Solo malam itu, yang berdekorasi nuansa Natal, ingatan saya kembali ke Chtaura, Lembah Bekaa, dan Beirut ibu kota Lebanon. Sepuluh tahun lalu, 2012, saya mengunjungi tempat itu (Kompas, 2 Desember 2012).

Suasana Natal sangat terasa di sana. Di Chtaura, kota kecil sekitar 44 kilometer sebelah timur Beirut, yang dilintasi jalan raya Damaskus-Beirut, hiasan natal ada di mana-mana. Hari Natal juga akan tiba di kota lain di Lembah Bekaa, seperti Zahle yang penduduknya mayoritas Kristen dengan berbagai denominasi—mayoritas Katolik, lainnya Maronits, Ortodoks Yunani, dan ada juga kaum Syiah—Baalbek yang penduduknya Muslim Syiah, dan Hermel yang penduduknya juga Syiah.

Natal juga akan tiba di seluruh Lebanon. Hiasan natal dalam berbagai rupa, seperti pohon natal dan rumah-rumahan serta patung-patung natal, sudah dipajang di Bandara Internasional Hariri, Beirut.

Toko-toko di kawasan bisnis Beirut, seperti Beirut Shouk, Solidere di kawasan downtown, pusat perdagangan, dan sepanjang Jalan Hamra yang dikenal sebagai kawasan Beirut Lama, dipercantik dengan hiasan natal. ”Kawasan ini penduduknya kaum Sunni, tetapi mereka tetap pasang pohon natal di mana-mana. Dan, lihat itu, hiasan lampu yang dipasang melintang di atas jalan juga menggambarkan natal,” kata Munawir, anggota staf Bagian Politik Kedutaan Besar RI di Beirut, ketika kami melintasi Jalan Hamra, ketika itu.

Jalur hijau yang jadi pemisah di antara dua jalur jalan di tengah kota Beirut pun dipasangi pohon natal berderet-deret. Bahkan, di depan Masjid Muhammad al-Amin di Lapangan Syuhada, di tengah kota Beirut, berdiri pohon natal setinggi lebih dari 10 meter.

Kata Munawir, ”Penduduk Beirut mayoritas Muslim Sunni, Mas. Tetapi, di sini tak jadi masalah. Hubungan antarpemeluk agama yang berbeda-beda sangat baik dan harmonis.”

Itulah sebabnya, Paus Yohanes Paulus II pernah mengatakan, Lebanon bukan sekadar negara, ia adalah sebuah risalah, sebuah dokumen tentang hubungan antarumat manusia yang saling menghormati.

”Lebanon bukan sekadar sebuah negara. Lebanon adalah sebuah pesan kebebasan dan sebuah contoh pluralisme bagi Timur dan Barat,” kata Paus Yohanes Paulus II tahun 1980-an.

***

Keraton Solo (Kompas.com)

Solo memang bukan Chtaura, bukan pula Beirut atau kota-kota lain di Lebanon. Solo adalah kota budaya. Bila disebut “kota budaya” tentu berbudaya. Apalagi Solo sering pula disebut sebagai The Spirit of Java, ruh (jiwa) nya Jawa’ atau bisa dikatakan sebagai representasi Jawa, pusat kebudayaan Jawa yang sebenarnya.

Maka, ruh-nya Jawa itu sudah semestinya tercermin dari terutama kehangatan,  keramahan, keterbukaan, dan sikap toleransi masyarakatnya yang berbudaya adiluhung ….Dan, hiasan natal dan tahun baru itu adalah bagian dari itu semua.

Malam sudah tua, ketika saya keluar hotel setelah ngobrol dengan sahabat saya, “Rambut Putih”… Meski demikian, sayup-sayup masih saya dengar lantunan lagu Mus Mulyadi…. Solo di waktu malam hari; Suara seniman merayu-rayu; Meresap dan mendalam di hati; Menawan di sanubari...”

Solo Diwaktu Malam…

Bagaimana menurut Anda artikel ini
+1
2
+1
1
+1
39
+1
14
Kredensial