Ketika 559 pejabat Polri dari unsur Mabes Polri, Polda, dan Polres mendengarkan arahan Presiden Jokowi di Istana, Jumat siang, berita itu beredar. Berita itu, mencoreng lagi wajah institusi Polri.
Sungguh sangat menarik, Presiden memberikan pengarahan massal kepada polisi mulai dari Kapolri hingga Kapolsek. Boleh jadi, ini baru pertama kali dilakukan.
Tentu, ada maksud tertentu mengapa Pak Jokowi mengundang mereka semua. Apakah Pak Jokowi geram, sebal, kecewa atas kinerja para polisi dan juga berbagai persoalan yang menjerat mereka akhir-akhir ini, atau justru sangat perhatian pada mereka, sehingga perlu diingatkan agar tidak bablas? Pak Jokowi-lah yang tahu.
Yang pasti, berita kemarin siang memang betul-betul mencoreng lagi wajah institusi Polri. Selagi kasus Sambo–pembunuhan Brigadir J–yang menghebohkan, yang menjebabkan sejumlah perwira ditindak itu, belum selesai, sudah muncul kasus Irjen Teddy Minahasa.
“Ada dugaan keterlibatan Irjen TM, kemarin saya minta Kadiv Propam menjemput dan memeriksa,” ujar Listyo dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (14/10/2022) menanggapi berita tentang dugaan Irjen TM terjerat kasus narkoba.
Padahal antara kasus Sambo dan kasus TM, ada tragedi Kanjuruhan, Malang, yang juga melibatkan sejumlah petugas keamanan. Tragedi Kanjuruhan ini menewaskan 132 orang, 96 orang luka berat, dan 484 orang luka ringan.
Dalam kasus tragedi Stadion Kanjuruhan, polisi yang seharusnya mengamankan, menyelamatkan malah membuat tidak aman, dan tidak selamat. Polisi telah gagal mencegah potensi kerusakan.
***
Bukan kali ini saja polisi terlibat dalam berurusan narkoba. Memang. Tetapi, kalau yang diduga terlibat narkoba itu seorang petinggi, seorang jenderal, apa itu tidak gila.
Ini kiranya yang oleh pujangga agung Raden Ngabehi Ranggawarsita (1802-1873) ditengarai sebagai “Zaman Edan.”
Bagaimana tidak edan, polisi yang seharusnya menindak pengedar, pengguna, bandar, pembuat narkoba malah melakukan hal yang sebaliknya. Pagar makan tanaman.
Agustus lalu, misalnya, Kantor Berita Antara memberitakan: Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri, Brigjen Pol. Krisno H. Siregar, mengatakan, AKP ENM ditangkap Kamis (11/08/22) di Karawang, Jawa Barat, karena narkoba.
Penyidik Bareskrim Polri menyita barang bukti berupa dua unit telepon genggam, narkoba jenis sabu seberat 101 gram, dan uang tunai Rp27 juta,
Berdasarkan data Polri (BBC News Indonesia, 18 Agustus 2022) pada 2018, sebanyak 297 anggota kepolisian terjerat kasus narkoba. Pada 2019, jumlahnya naik hampir dua kali lipat menjadi 515 orang. Sementara di 2020, sebanyak 113 polisi dipecat karena pelanggaran berat, antara lain narkoba.
Padahal, Presiden Joko Widodo telah menandatangani Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 2 tahun 2020 tentang ‘perang narkoba’ dan menyerukan untuk lebih gencar melakukan pemberantasan narkoba
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo juga pernah menegaskan tidak ada toleransi dan ruang bagi bandar narkoba di Indonesia, termasuk anggota Polri yang terlibat, dengan sanksi pecat hingga pidana maksimal.
“Sudah berkali-kali saya sampaikan kepada seluruh jajaran, tidak ada yang main-main dengan narkoba. Yang namanya narkoba harus betul-betul dilakukan pembernatasan. Dan saya sudah sampaikan siapa pun yang terlibat tidak peduli pangkatnya apa, jabatannya apa, pasti kami berantas. Itu bagian komitmen dari kami untuk melakukan bersih-bersih dari institusi Polri. Ini sudah sering saya sampaikan dalam setiap arahan-arahan saya,” tegas Kapolri dalam jumpa pers, Jumat (14/10/2022), seperti disiarkan Breaking News Kompas TV
***
“Zaman Edan!” begitu kata Raden Ngabehi Ronggowarsito. Di zaman edan ini banyak orang yang ikut “ngedan”, tidak hanya sejumlah oknum polisi, tetapi juga penegak hukum lainnya seperti hakim dan jaksa, politisi, serta birokrat. Mereka edan dengan berkorupsi.
Mereka itu, orang-orang “edan” dan yang “ngedan”, ngugemi, memegang teguh sepenuh hati filosofi lele, makin rakus makan, dan makin hidup di lingkungan yang kotor dan membuat kotor. Mereka tidak bisa hidup dengan memegang filosofi ikan koi: hidup dan berkembang baik di lingkungan yang berair bersih.
Ada lagi yang “edan” dan “ngedan” dengan lebih suka, ngubek-ubek banyu bening, memperkeruh suasana; menebar fitnah, menyebar berita bohong, memroduksi isu jahat, ndompleng isu menyerang orang lain, memanfaatkan situasi dan suasana untuk keuntungan diri, nabok nyilih tangan, tidak berani menghadapi lawannya dengan terbuka tetapi menggunakan orang lain dengan cara-cara tersembunyi.
Menurut studi orang-orang cerdik-cendikia, agresivitas orang yang secara mental terganggu (edan) tidak lebih berbahaya dibandingkan dengan orang atau kelompok yang alam pikirannya sehat, tetapi “ngedan.” Sebab, “keedanan” mereka terencana, sistimatik, dan berpola dengan rekayasa. Bahasa politiknya “terstruktur, sismatik, dan massif.”
***
Mungkin zaman seperti ini pula yang dulu pernah terjadi zaman Romawi, sehingga seorang orator, dan filsuf zaman Romawi, Cicero (106-43 SM) mengeluh, “O tempora, o mores,” Zaman macam apa ini, adat macam apa ini.
“Zaman Edan!” Kata Ranggawarsita. Di mana banyak orang memegang prinsip mélu ngédan nora tahan,yén tan mélu anglakoni,boya keduman mélik, ikut gila tidak akan tahan,tapi kalau tidak mengikuti (gila), tidak akan mendapat bagian.
Maka banyak orang ikut gila agar dapat bagian. Gila negak narkoba, ngedarkan narkoba, jadi bandar narkoba. Gila korupsi. Gila nyebar fitnah, hoaks, cacian, cercaan, dan memerkeruh suasana untuk berbagai kepentingan, termasuk kepentingan politik, kekuasaan dan ekonomi. ***
Bener memang zaman edan. Mulai dari mana ya untuk siuman lagi bangsa ini?
PR besar bangsa kita ini.
Mungkin, mulai dari kita sendiri, De….
Memprihatinkan. Namun saya yakin masih lebih banyak anggota kepolisian yang baik. Mari kita bantu mereka untuk eliminasi polisi yang batil dan tidak melayani masyarakat sesuai dengan tugas maupun janjinya. Pak Listyo, tetaplah berjuang teriring doa kami…🙏🙏
Betul, Pak…masih banyak yang baik….
Tapi, Romo Kiai,,,
Sak edan edan’e wong sing ngedan, isih begdjo sing eling lan waspodo.
Semoga masih banyak yang tidak ikut ngedan Kiai.
Nggih…tetep waras lan waspada wae
Waspada zaman edan. Semoga pembaca kredesial ini tidak ikut edan. Tks gizi ilmunya. Semoga saya tetap normal dan tidak edan. Horas bah.
Horas…tetep waras…
Sak bejo-bejone wong kang lali, isih bejo wong kang eling lan waspodho.
Nggih, leres…..
Bingung arep komentar apa yen wis kaya kiye. Edan, edan, kenthir
Ys pancen kenthir, Mas Gik…hehe…suwun