
Sambil nunggu petugas apotek menyiapkan obat sesuai dengan resep, saya pesan secangkir teh panas, di kantin rumah sakit. Saya jua pesan chicken mushroom soup–begitu yang tertulis di daftar menu.
Tak lama, seorang perempuan meletakkan secangkir air putih panas dan teh celup “Savis 1951” di meja di depan saya duduk.
Diletakkan pula mangkok besar isi sedikit chicken mushroom soup dengan sendoknya.
Lagi menikmati seruputan-seruputan teh panas itu….istri datang dan bertanya… Habis berapa? Dalam hati, saya membatin, “Ah, pertanyaan khas ibu-ibu.” Sambil tersenyum dan setengah berbisik, saya jawab: Bisa untuk minum teh ssbulan di rumah ……
Istri tak bisa nahan tawa, meski lirih……Saya ikut tertawa. Dengan tertawa, semua menjadi ringan. Kata orang tertawa itu bikin sehat.
***

Orang tertawa karena berbagai alasan: untuk mengekspresikan kegembiraan, persetujuan, kesenangan, atau mengejek. Tapi ada yang mengatakan, tertawa adalah ungkapan kejujuran kita terhadap sesuatu. Maka, semakin kita bisa jujur dengan diri sendiri, juga semakin gampang tertawa termasuk menertawakan diri sendiri.
Tertawa adalah bagian yang sangat berarti dalam hidup kita sehingga kita secara aktif berusaha untuk mewujudkannya Kita ingin menonton hal-hal yang membuat kita tertawa dan membaca hal-hal yang membuat kita tertawa dan menghabiskan waktu dengan orang-orang yang membuat kita tertawa. Melihat film kartun, Tom and Jerry, misalnya, atau nonton video pentas Srimulat atau pentas Butet dan kawan-kawannya di Indonesia Kita, salah satu cara untuk bisa tertawa. Meskipun, kadang kita tertawa sementara orang lain justru mengerutkan dahi.
Katanya, dengan tertawa, syaraf kita menstimuli hormon dalam otak, yang berdampak rasa senang dan bahagia. Dalam kondisi senang dan bahagia tersebut, pikiran, perasaan dan jiwa ikut merasakannya. Bukan hanya itu, rasa senang dan bahagia tersebut juga berdampak pada raga yang sehat dan prima.
Untuk senang, tidak perlu tertawa terbahak-bahak. Tertawa kecil, cekikikan, atau mungkin hanya mesem, tersenyum, kita sudah bahagia. Kadang ada yang sangat lucu, sehingga kita tertawa terpingkal-pingkal bahkan sampai terkencing-kencing atau ingusan, sesak napas, atau sakit perut. Pengalaman seperti itu tentu tak akan terlupakan.
***

Ternyata tertawa memiliki hubungan dengan kekuasaan. Izinkanlah saya mengutip pendapat Thomas Hobbes, 1588-1679 (Daniel Dhakidae, Jurnal Prisma-2021), tentang hubungan tawa dan kekuasaan. Kata Hobbes, betapa tawa begitu erat hubungannya dengan kekuasaan. Dalam hubungan ini, tawa, tertawa, ketawa, menertawakan adalah penanda kekuasaan.
Maka tawa, tertawa, ketawa, menertawakan, menurut Hobbes, adalah ungkapan sudden glory, kegirangan besar dadakan dan menunjukkan rasa superior, dilihat dari satu sisi. Bila dilihat dari sisi lain, mengandung sikap merendahkan.
Dalam bahasa Indonesia ada kosakata “menertawakan.” Nilai rasa dari kosakata ini sangat dekat dengan konsep merendahkan, meremehkan orang lain atau kelompok lain. Dan, pada saat yang bersamaan, memamerkan rasa superiornya, bertepuk dada.
Selain mengungkapkan kegirangan dadakan, tertawa, demikian Hobbes, juga menunjukkan ke-tidak-suka-an akan cacat dalam diri orang lain dan dengan membandingkan dengan diri sendiri sambil menepuk dada.
Memang–tanpa bermaksud merendahkan orang atau pihak lain, tanpa ingin bertepuk dada dan merasa superior–saat ini di sekitar kita banyak hal yang bisa ditertawakan atau sekurang-kurangnya memancing kita untuk tertawa. Banyak dagelan politik, misalnya, yang mau nggak mau membuat kita harus tertawa.
Dulu bahkan, ketika panggung Srimulat masih berdiri di kompleks Pulau Dua Senayan–di sebelah Gedung MPR-DPR–sering dikatakan pentas awak Srimulat kalah lucu dibandingkan para anggota DPR. Itu dulu! Maka, lalu ada yang mengatakan, politik itu seperti dagelan, lebih lucu dari cerita humor dan sandiwara drama.
Sebenarnya, dagelan politik baik juga, sih, biar politik tidak terlalu tegang, hanya memikirkan kekuasaan, hanya memburu kekuasaan sehingga menghalalkan segala cara, nabrak sana nabrik sini, sikut sana sikut sini. Dagelan politik bisa membuat rakyat tertawa, bisa jadi sarana untuk mengendurkan syaraf-syaraf rakyat yang tegang memikirkan kebutuhan hidup.
Asal saja, rakyat jangan sampai tertawa terbahak-bahak terus melihat dan mendengar dagelan mereka, sehingga tak sadar telah tertipu oleh penampilannya yang lucu. Ingat, mereka sedang berusaha membuat rakyat tertawa, menyenangkan hati rakyat, mendapat dukungan dan massa sebanyak banyaknya untuk meraih kekuasaan demi kepentingan mereka.
Tapi, marilah kita tertawa…melihat ulah dan aksi mereka. ***
P Trias, tertawa juga tanda bhw seseorang bahagia.
Betul….asal tidak menertawakan…
ya, asal jangan menertawakan…
Tertawalah sebelum tertawa itu dilarang
Ayo Gin, ngakak…..
Yg paling menarik dagelan di Senayan. Tiwas rakyat pendukung saling bersitegang para wakil rakyat menertawakan kita.
Yo, Wis…ngguyu wae, De….