
Di Museum Nasional Parma (Gallery National of Parma), yang juga dikenal dengan nama Galleria Nazionale di Parma, disimpan banyak lukisan karya para pelukis kondan masa lalu. Ada beberapa lukisan yang saya foto. Antara lain lukisan karya Michelangelo Anselmi (1491-1554). Lukisannya diberi judul Madonna con Bambino e Santa Barbara.
Yang menarik, warna merah mendominasi lukisan itu. Bunda Maria (Madonna) berabaya merah dengan hijab hijau lumut yang memanjang dan menutupi sebagian pangkuannya. St. Barbara (duduk sebelah kanan Bunda Maria) pun berabaya merah dengan kain kecoklatan menyelempang di bahu.
St. Yusuf (sebelah duduk di kiri Madonna) berpakaian warna coklat dengan kain merah cenderung oranye menutupi hampir seluruh bagian kaki kirinya. Sedangkan bayi Yesus (Child) yang duduk di pangkuan Madonna dan dipegangi St. Yusuf sebagian tubuh bagian bawah tertutup kain putih.
Lukisan lainnya, karya Giorgio Gandini del Grano (meninggal 1538), bertema Madonna che allata il Bambino, san Giovannino e le Sante Maria Maddalena et Elizabetta, Bunda Maria menyusui Yesus, St. Yohanes, St. Maria Magdalena, dan St. Elisabet), juga menampilkan Madonna (Bunda Maria) berabaya merah.
Madonna berbaju merah juga ditampilkan oleh Allesandro Barnabei (1580-1630) dalam lukisannya yang diberi judul, Madonna della Misericordia e la societa della Beata Vergine del Monte Carmelo, Bunda Belas Kasih Kita dan komunitas Bunda Kita Gunung Karmel. Madonna berabaya merah, tanpa hijab, dengan kain putih dan coklat menutup bahunya, mengembangkan kedua tangannya berdiri di tengah komunitas Karmel.
***

Kok berabaya merah? Kok berjubah merah? Bukankah Bunda Maria selalu berabaya biru? Itu yang umum atau yang banyak kita temui. Sepanjang sejarah, warna biru dianggap sebagai warna yang sakral dan berharga. Maka, kebanyakan, sekurang-kurangnya yang banyak ditemui, abaya Bunda Maria berwarna biru.
Warna abaya atau jubah pada ikon Bunda Maria–yang banyak dijual di toko-toko cinderamata di Roma juga tempat-tempat ziarah lainnya–berbeda dengan warna abaya pada lukisan-lukisan atau patung Barat (yang ke Indonesia juga). Seniman Barat, terutama seniman kontemporer, biasanya menggambarkan Bunda Maria dalam balutan gaun atau abaya atau jubah putih dengan kerudung berwarna biru langit di atasnya.
Sementara ikonografer paling sering menampilkannya Bunda Maria dalam gaun biru tua dengan jubah/kerudung luar berwarna merah. Seringkali jubah merah dihiasi dengan emas, untuk menunjukkan kehadiran Yang Ilahi. Penggunaan warna pada ikon lebih mirip dengan seni abstrak modern dibandingkan dengan genre lukisan realistik atau representasional, karena warna tersebut tidak hanya menerangi dan memperkaya bentuk, namun berkomunikasi secara langsung dan simbolis.
Kata Julia Fiore dalam Why Jesus and Mary Always Wear Red and Blue (Art History, 2018) dalam 700 tahun terakhir, dalam religious art, Bunda Maria hampir selalu digambarkan mengenakan pakaian berwarna biru, sedangkan Yesus biasanya mengenakan pakaian berwarna merah. Ini konsisten.
Sepanjang sejarah, warna biru dianggap sebagai warna yang sakral dan berharga. Ini bukan pigmen alami, sehingga sangat mistis dan langka. Salah satu pigmen “biru sejati” yang paling awal diproduksi adalah ultramarine, warna yang terbuat dari lapis lazuli, batu mahal yang dulunya lebih berharga daripada emas.
Dalam seni, warna biru dari lapis lazuli itu hanya diperuntukkan bagi tokoh yang paling mulia. Orang Mesir mulai mengimpor lapis lazuli dari Afghanistan sekitar 6.000 tahun yang lalu. Namun, pada awal abad ke-5 warna biru dikaitkan dengan Perawan Maria. Biru Maria, sebutan untuk warna ini, menjadi warna resmi Madonna seiring dengan bangkitnya Mariologi dan pemujaan terhadap Perawan.
Setelah Bunda Maria dimaklumkan sebagai “Ratu Surga, Bunda Spiritual, dan Perantara” oleh Gereja pada tahun 431, para seniman Bizantium, dengan menggunakan mineral azurit yang lebih murah, mulai membuat ikon bergaya yang menggambarkan Bunda Suci mengenakan jubah, abaya biru Maria dengan latar belakang daun emas yang rata.
***

Lalu, bagaimana Bunda Maria berabaya atau berjubah merah? Tentang hal ini, ada yang berpendapat bahwa warna merah itu melambangkan cinta, gairah, dan pengabdian. Itu semua sifat yang berhubungan dengan peran sebagai ibu dan dicontohkan oleh kehadiran Bunda Maria pada Penyaliban di Golgota.
Tapi, ada juga lukisan yang diberi judul “Pietà at the Foot of the Cross” karya Ambrosius Benson (1495-1550), Bunda Maria berdiri di kaki salib, berabaya hitam dan hijab putih. Mary at The Foot of The Cross, menampilkan Bunda Maria berabaya, kerudung, dan mantel hitam. Hitam lambang duka.
Mengapa Bunda Maria berabaya merah? Kata Father Johann Roten, S.M. dari University of Dayton, ada tradisi yang berpendapat bahwa penggunaan warna merah pada jubah atau abaya Maria berasal dari kepercayaan bahwa Maria, sebagai seorang perempuan di Bait Suci, terlibat dalam penenunan tabir besar Bait Suci (yang akan robek pada saat kematian Yesus). Secara khusus, tugas Maria adalah menenun benang merah ke dalam dan ke luar.
Tapi yang paling umum adalah warna merah yang melambangkan ibu yang penuh kasih dan sosok fisik Maria.
Ada penjelasan lain lagi tentang mengapa Bunda Maria mengenakan abaya warna merah. Selama Abad Pertengahan, warna merah digunakan untuk menunjukkan Orang Suci – ini adalah ‘mode’ pada saat itu (The Byzantine Forum, 01/03/08).
Penggambaran seperti itu terutama digunakan di Venesia di mana gambaran para Orang Suci sering kali mengenakan kaus kaki merah. Kaus kaki merah sudah ada sejak abad ke-16 ketika dikenakan dalam gaya pakaian lama pedagang Venesia (Pantalone). Karena warna merah menjadi begitu banyak digunakan di Venesia maka menjadi warna lambang wilayah tersebut – ‘Merah Venesia’ menjadi warna yang berharga pada suatu waktu … diperuntukkan bagi orang kaya dan ‘elite’ (bangsawan) serta dalam penggambaran Orang Suci dan kemudian dikaitkan dengan zaman pemujaan terhadap Orang Suci. Banyak yang menyebut ‘merah Italia’.
Jadi, penggunaan warna merah itu untuk menggambarkan Bunda Maria sebagai sosok yang Suci. Merah, (kuning) emas, biru dan warna ungu adalah warna kebangsawanan, ‘jabatan tinggi’, dan kesucian. Putih juga merupakan salah satu tanda kesucian (inilah sebabnya jubah pakaian dalam banyak Santo Katolik berwarna putih).
***

Meski dalam ikon, abaya Bunda Maria berwarna merah, tetapi ternyata , tidak ada jawaban atau aturan yang jelas tentang warna ikon. Tradisi Suci memang ada selama berabad-abad, namun penjelasan spesifik mengenai prototipe asli tampaknya semakin kabur, bahkan hilang, seiring berjalannya waktu (Red Mary, Blue Mary, Reinkat, 19 April 2012).
Gambar-gambar awal, dan ikon-ikon Serbia, kadang-kadang menampilkan Maria dengan warna biru, namun kanon Bizantium cukup konsisten dalam mengenakan pakaian berwarna merah. Warna merahnya merah keunguan. Warna ini sering melambangkan kesetiaan. Maria adalah Ratu Surga, dan jubahnya menunjukkan statusnya yang agung. Dengan demikia dapat langsung dikenali oleh umat Kristen Bizantium. (Menariknya, warna merah juga melambangkan keimaman.)
Apakah warna biru abaya Bunda Maria dalam Gereja Katolik Roma, ada hubungannya dengan langit dan surga. Sebab, bukankah umat Katolik menghormati Bunda Maria sebagai Ratu Surga.
Biru kadang-kadang juga digunakan untuk menunjukkan kontemplatif baik di Timur maupun Barat. Refleksi Ortodoks juga merujuk pada langit, dalam menjelaskan warna merah. Maria dihormati sebagai pembawa Bintang Kejora, yang mengantarkan fajar zaman baru. Langit merah fajar disamakan dengan warna jubah.
**
Kata seniman abstrak modern Kandinsky, “Warna memicu getaran psikis. Oleh karena itu, efek dangkalnya hanyalah cara seni menjangkau jiwa”. Warna adalah kekuatan yang secara langsung mempengaruhi jiwa. (Red Mary Blue Mary).
Jadi, kalau Presiden Kelima Republik Indonesia dan Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri, kepada Paus Fransiskus menghadiakan lukisan karya Fransiskus Sigit, Bunda Maria berkebaya merah, ya baik. Bahkan, sangat baik.
Dalam lukisan tersebut, Bunda Maria digambarkan menggunakan kerudung mantilla berwarna putih, berkebaya merah, serta mengenakan jarit (kain batik panjang), dengan dua tangan terentang. Dua tangan terentang itu persis dengan dua lengan Basilika Santo Petrus yang terentang, menyambut siapa pun yang datang. Dan, mendekapnya.
Lukisan Bunda Maria itu, menggambarkan sosok perempuan Jawa. Seorang ibu yang penuh kasih tidak hanya pada anak-anaknya tetapi kepada siapa saja yang datang padanya. Karena, seorang ibu sejati akan selalu mengatakan: “Questa è tua madre…” Inilah ibumu….La Donna in Rosso, Bunda Maria Berkebaya Merah…Maka, …
When I find myself in times of trouble, Mother Mary comes to me, speaking words of wisdom: let it be…
Begitulah, Let It Be-nya Beatles karya Paul McCartney yang dirilis pada Maret 1970..***
foto-foto lainnya:
Luar biasa keberadaan kebaya sekarang ini ya…
Semoga semakin besar gaungnya di dunia dan dijadikan busana penuh bahagia bagi pemakainya…
🤲🌷🩶🌹🤲
Madonna nera Black Madona) atau Bunda Maria hitam. Madonna nera ini juga sangat terkenal. Ada banyak sekali versinya. Madonna nera dihormati baik di dunia Katolik maupun Ortodox.
Madonna hitam ini bukan hanya dari Afrika tetapi juga dari negara-negara Eropa dan juga Asia.
Teologi spiritualitas di balik penggambaran Bunda Maria hitam ini sangat menarik.
Terimakasih Mas Trias.
Kebaya go internasional, lintas bangsa lintas budaya, dan lintas kepercayaan. Semoga toleransi, kerukunan, kedamaian, dan kesejahteraan selalu terjaga di Indonesia dan seluruh negara dunia. Aamiin.
Kebaya..jarit… menjadikan wanita pemakainya bertambah anggun….ide luar biasa… ingat juga lukisan FX Basuki Abdullah.
Matur nuwun pak Dubes
Tulisan cantik ini mengingatkan saya pada suatu liburan kuliah semesteran di Jakarta dan menghabiskannya di rumah orangtus di Solo. Saya masuk satu kamar dan ternyata ibu sedang dikerik oleh seorang tetangga dan bagian buah dadanya sedikit terbuka. Saya melengos melihat pemandangan itu dan rupanya lalu dipergunjingkan ibu dengan tukang pengeriknya. Kira-kira begini, mengapa saya malu melihat bagian tubuh ibu tempat saya dulu menyusu dan yang membesarkan saya? Singkatnya, beliau seperti ingin berkata : Akulah ibumu, lihatlah dengan segala keadaannya….