
Tidak sengaja, saya “menemukan” makam seniman besar–seorang pematung–abad ke-17; bahkan disebut sebagai pematung paling top di zamannya; dan salah satu pematung terbesar sepanjang masa. Dia bukan hanya pematung, tapi juga arsitek, pelukis, dan bahkan perancang serta penata panggung sebuah pertunjukan. Maka, ia disebut sebagai seniman serba bisa dan berpengaruh pada zamannya.
Dialah Gian Lorenzo Bernini. Seniman besar zaman Barok ini, lahir di Napoli, 7 Desember 1598 dan meninggal di Roma, 28 Desember 1680, pada usia 81 tahun. Bapaknya juga seniman, Pietro Bernini.
Walau menyandang nama besar, meninggalkan begitu banyak jejak yang hingga kini masih bisa dinikmati orang, Bernini memilih kesederhanaan. Bahkan, sebelum mati ia berpesan agar prosesi pemakamannya sederhana saja. Tidak perlu upacara-upacara yang menggambarkan kehebatannya. Orang sudah tahu bahwa dia hebat; maka tidak perlu memamerkan kehebatannya.
Makamnya sederhana. Di sebelah kiri altar Cappela della Madonna, Basilika Santa Maria Maggiore ada sebuah prasasti marmer putih agak kekuning-kuningan di lantai. Itulah penanda makam seniman besar yang karyanya antara lain, the Baldacchino (1624-1633), baldachin atau baldaquin, kanopi yang ditopang tiang di atas altar (atau makam atau takhta) di Basilika Santo Petrus dan Fountain of the Four Rivers in Piazza Navona.
Baldachin perunggu di Basilika St. Petrus yang belum lama direstorasi (terakhir 250 tahun silam) selama 10 bulan dengan biaya 700.000 Euro, sungguh indah. Paus Urbanus VIII (1623) yang meminta Bernini mengerjakan proyek baldachin itu dan sejumlah patung.
Baldachin Santo Petrus (National Gallery Art) adalah kanopi perunggu rumit yang dirancang oleh Bernini di dalam Basilika Santo Petrus. Kanopi menutupi altar tinggi basilika dan menjadi titik fokus karena skalanya yang besar dan desain hiasannya. Kanopi ditopang empat kolom heliks yang ditinggikan di atas alas marmer dengan empat malaikat besar di setiap sudutnya.
Di bagian atas kanopi terdapat sebuah bola dan salib, melambangkan penebusan Kristus. Baldachin terletak tepat di bawah kubah basilika dan di atas makam Santo Petrus. Dengan ditempatkan pada posisi ini, sekaligus menarik perhatian pada alam surgawi di atas, alam gereja di bumi, dan neraka di bawah. Baldachin adalah karya kolaboratif. Rekan-rekan kerjanya, Francesco Borromini, ayahnya Pietro, saudaranya Luigi, dan seniman lain yang berkontribusi pada elemen dekoratif.
Buku-buku tentang Vatikan dan seni menyebut-nyebut Bernini sebagai “Arsitek Santo Petrus”. Setelah kematian Carlo Maderno (1556 – 1629) tokoh arsitek Barok, yang mengepalai para arsitek Basilika St. Petrus, Bernini terus merombak basilika selama beberapa dekade berikutnya, terutama dengan mendirikan Cathedra Petri (1655-1666), relik yang menampung takhta Petrus yang terletak di atas altar utama.
Karya lainnya adalah air mancur di Piazza Navona: Air Mancur Empat Sungai, Fountain of the Four Rivers (1648–1651). Di tengah empat sungai itu, berdiri tegak menjulang ke langit, obelisk
“Ini, penanda makam Bernini,” kata Romo Rofandi Tjahja OP, yang menjadi pemandu kami di Basilika Santa Maria Maggiore.
Pada prasasti itu, ada tulisan dalam bahasa Latin: IOANNES LAVRENTIVS BERNINI / DECVS ARTIS ET VRBIS / HIC HVMILITER QVIESCIT (Giovanni Lorenzo Bernini/ kejayaan seni dan kota/ dengan rendah hati bersemayam di sini). Lalu, pada tahun 1746, setelah Paus Benediktus XIV (bertakhta, 1740-58), menganugerahkan gelar bangsawan kepada keluarga Bernini, di bagian bawahnya ditambahi tulisan NOBILIS FAMILIA BERNINI / HIC / RESVRRECTIONEM EXPECTAT (Keluarga bangsawan Bernini di sini menunggu kebangkitan).
***

Romo Rofandi, yang putra Jakarta ini sebelum di Basilika Santa Maria Maggiore, bertugas di Hongkong (9 bulan) dan Taiwan (11 tahun). Bersamanya, kami menikmati keindahan basilika–meski ini bukan kali pertama saya mengunjunginya. Tahun lalu, saya menghadiri acara misa hari nasional beberapa negara di basilika ini pada waktu yang berbeda–yang saya rasakan (juga gereja-gereja tua lainnya di Roma dan kota-kota lainnya di Italia juga di Eropa) menjadi semacam tempat pertemuan antara sejarah, seni, dan spiritualitas.
Dari yang saya temui selama ini, menegaskan bahwa seni selalu menjadi bagian integral dari agama. Tengoklah basilika-basilika, katedral-katedral, dan gereja-gereja di Roma, di kota-kota lain di Italia, juga di negara-negara lain di Eropa: Spanyol, Portugal, Perancis, juga Rusia. Di sana akan kita temui perpaduan sejarah, seni, dan spiritualitas itu.
Gambar-gambar suci, simbol-simbol suci, tarian suci, nyanyian, himne dan nada telah digunakan dalam ritual, di tempat ibadah. Semua itu sebagai bantuan untuk berdoa dan meditasi di setiap agama. Sikap hormat di hadapan patung atau gambar para kudus atau simbol-simbol suci lainnya bukan merupakan penyembahan berhala. Sebab yang dihormati bukan patung itu sendiri melainkan pribadi yang dilambangkannya.
Sejak abad awal gereja jemaat purba, katakomba dihiasi dengan gambar- gambar rohani, yang terlihat pada dinding- dindingnya. “Siapa yang menghormati gambar, menghormati pribadi yang digambarkan di dalamnya” (Konsili Nisea).
Kata teolog Francis August Schaeffer (1912 – 1984) dalam bukunya Art and the Bible, “Seni adalah cerminan kreativitas Tuhan, sebuah bukti bahwa kita diciptakan menurut citra Tuhan.” Hal ini, mungkin, mewakili keindahan seni yang sebenarnya: pada intinya, seni mencerminkan esensi keselarasan dengan Pencipta kita.
Maka, tujuannya tidak terkandung dalam patung, lukisan, puisi, nyanyian, atau tulisan, melainkan mengingatkan hati manusia yang lemah untuk melampaui ikatan duniawi. Karya seniman Renaisans Michelangelo, misalnya, (demikian pula Bernini) mencerminkan pendekatan ini. Ini bisa dilihat dalam karya Michelangelo di Kapel Sistina dan Basilika St. Petrus; demikian pula karya Bernini di Basilika St. Petrus dan Santa Maria Maggiore.
Bersama ayahnya, Pietro Bernini, Bernini membuat relief Assumption in the Baptistry, patung di Kapel Pauline, dan patung perunggu yang menggambarkan Philip IV, di bawah serambi (dirancang oleh Gian Lorenzo). Semua itu mencerminkan aktivitas artistik keluarga Bernini di Basilika Santa Maria Maggiore.
Karyanya terus bisa dinikmati banyak orang dari masa ke masa. Abadi. Tidak digulung zaman. Hal ini membenarkan pendapat, “Seorang Kristen harus menggunakan seni ini untuk kemuliaan Tuhan, bukan hanya sebagai risalah, tetapi sebagai hal-hal indah yang memuji Tuhan. Sebuah karya seni bisa menjadi sebuah doksologi tersendiri.”
Demikian pula musik. Kata komponis besar Ludwig van Beethoven (1770 – 1827), “Musik adalah mediator antara kehidupan spiritual dan sensual.” Musik, pada hakikatnya, adalah suara roh. Ketika diciptakan dari hati dan dengan kebenaran serta niat murni, musik adalah ekspresi spiritual yang bersifat paling universal dan tingkat tertinggi.
Tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa seni kiranya merupakan wahana alami untuk mengekspresikan atau menghubungkan dengan yang transenden. Seni besar Kristen abad pertengahan di Barat adalah seni keagamaan, sama seperti seni Kristen Ortodoks di timur. Bagi agama Hindu dan Budha sama saja. Bahkan agama seperti Yudaisme dan Islam, menggunakan desain dekoratif untuk memperindah tempat ibadah dan teks suci.
Di luar konteks agama formal, agama secara tradisional telah menjadi bagian integral dari seni dan juga budaya lainnya. Seni dalam budaya tradisional menyampaikan keyakinan dan nilai utama dari budaya tersebut, dan keyakinan serta nilai tersebut memiliki dimensi keagamaan atau spiritual yang kuat.
***
Aircm

Makam Bernini sudah kami tinggalkan. Sederhana. Begitu kesan yang membekas dalam ingatan. Tidak muda menjadi sederhana. Apalagi dia seniman kondang, bahkan sangat kondang, dan memiliki hubungan dekat dengan paus, yang di zaman itu masih demikian powerful. Kekuasaannya dalam masalah dunia lebih karena otoritas moral atau spiritualnya, bukan karena kekuatan militer. Pengaruh paus pada masa itu lewat Negara Kepausan, dirasakan di mana-mana.
Tapi, Bernini tidak mau memanfaatkan posisinya untuk keuntungan dan kemegahan diri. Semakin seseorang sederhana, dan dengan penuh kesadaran berani tampil apa adanya, maka orang itu akan semakin mudah menjumpai sesamanya: yang miskin, yang kecil, yang disingkirkan, yang tidak didengar suaranya, yang tidak dilihat, yang menderita, dan yang terbuang.
Kami lalu menziarahi seluruh bagian Basilika Santa Maria Maggiore dengan sepenuh hati. Apa yang kami saksikan dan nikmati di basilika akan saya ceritakan di lain waktu.
Basilika Santa Maria Maria Maggiore …..Nantinya, basilika terbesar yang dipersembahkan pada Bunda Maria ini, akan semakin menjadi tujuan ziarah umat beriman…***
Foto-foto lain:
Luar biasa karya Gion Lorenzo Bernini ini yaaa…
Waktu melihat foto2 patung yg ternyata beliau pembuatnya, saya sempat bertanya2 siapa dan bagaimana membuat karya seni yang luar bisa ini..
Makasih sharingnya mas Trias…
🙏🌹🙏🌷🙏
Narasi dan foto-,foto sungguh menghadirkan warta kekayaan seni, rohani,iman Gereja. Sangat mengagumkan. Terimakasih, mas Dubes Trias.
Italia memang luar biasa … melahirkan seniman2 dg karya abadi yg terawat dg baik…peradaban yg adi luhung…
BERNINI salah satunya..