KURSI-KURSI MASIH BASAH

Deretan kursi di Lapangan St. Petrus (Foto: Trias Kuncahyono)

Hujan baru saja reda. Lapangan Santo Petrus, Vatikan masih basah. Hamparan batu hitam ukuran 10 x 10 cm yang ditata rapi menjadi lapangan itu, terlihat lebih hitam dan mengkilat, karena basah. Kursi-kursi plastik yang berderet rapi di tempat itu–biasanya digunakan untuk para peserta audiensi atau acara-acara misa–juga basah.

Batu-batuan hitam basah itu bersinar karena cahaya terang dari lampu dua air mancur dan bagian depan alun-alun tempat Paus Fransiskus biasanya duduk untuk audiensi umum pada setiap hari Rabu. Gambar Mater Ecclesiae — Maria, Bunda Gereja — yang dihiasi tanaman hijau dan bunga putih dan merah muda menjadi pusat perhatian.

Sekitar 27 kardinal yang tinggal di Roma dan puluhan anggota Kuria Roma duduk di sisi kanan kanopi ketika Vatican Secretary of State Kardinal Pietro Parolin, berlutut di depan gambar Bunda Maria, memimpin doa rosario yang dimulai pukul 21.00, 24 Februari 2025. (usccb.org)

***

 

Kardinal Pietro Parolin (kiri, Foto: Trias Kuncahyono)

Hujan membasahi bumi Roma, hampir sepanjang hari. Baru selepas petang, hujan berhenti. Tapi, mendung masih menyelimuti Kota Abadi. Dan, hawa dingin mendekap badan. Dingin sedingin bangunan tua di kompleks Vatikan. Kubah Basilika St. Petrus seperti kepala raksasa bermahkota yang bersinar, matanya terbuka lebar memandangi siapa saja yang ada di Lapangan St. Petrus. Tapi, sorot matanya tidak menakutkan, justru sebaliknya penuh belas kasih, pandangan welas asih. Kedua tangannya memeluk siapa saja yang masuk ke halaman rumahnya.

Akankah hujan turun lagi?

Hujan bukan halangan. Begitu barangkali bisikan lirih yang menyusup telinga orang-orang yang malam itu pergi ke Piazza St. Pietro. Secara sendiri-sendiri, berdua, bertiga, berkelompok laki dan perempuan, tua-muda, anak-anak dan orang dewasa terus mengalir ke lapangan yang dipercaya dahulu menjadi tempat penyaliban St. Petrus. Ada yang berjaket. Ada yang tetap mengenakan mantel plastiknya. Banyak yang membawa payung. Sedia payung sebelum hujan. Demikian kata pepatah.

Tanpa banyak bicara, mereka langsung menuju ke deretan kursi yang tersedia. Ada yang langsung duduk, tak peduli kursi masih basah. Tapi ada juga yang mengeringkan dengan tissue dan sapu tangan. Serombongan biarawati terlihat langsung duduk. Tak peduli kursi basah. Duduk dan diam. Sikap sempurna untuk berdoa.

***

Basilika St. Petrus (Foto: Trias Kuncahyono)

Hanya satu tujuan malam itu datang ke Lapangan St. Petrus: mendoakan Paus. Fransiskus. Paus pertama dari luar Eropa sejak lebih 1000 tahun silam ini, sejak 14 Februari 2025 dirawat di Agostino Gamelli Hospital, Roma.

Ini bukan kali pertama, Paus asal Argentina ini dirawat di rumah sakit. Sejak tahun 2021, empat kali, Paus berusia 88 tahun ini dirawat di RS Gemelli. Pada saat itu, Paus penerus St Petrus ke-265 ini, menjalani operasi usus besar. Pada bulan Maret 2023, ia dirawat karena infeksi pernapasan, dan pada bulan Juni, ia pulih dari operasi hernia perut.

Kali ini, Paus pertama dari Ordo Jesuit ini menderita bronchitis yang kemudian diperparah dengan double pneumonia (Vatican.news). Sejak itu, berita tentang sakitnya Paus menyebar ke seluruh dunia. Dan, gelombang doa pun berdatangan dari setiap sudut dunia. Bersama Rehat dan Irrika, KBRI Takhta Suci pun, mengadakan misa khusus untuk Paus.

Doa adalah hal yang umum bagi semua orang, dalam agama apapun.  Bahkan mungkin juga bagi mereka yang tidak memiliki agama. Kata Paus Franciskus (licas.news), emosi, kecerdasan, dan tubuh kita semua berpartisipasi dalam doa. Meskipun doa tidak dapat diidentifikasi dengan satu aspek keberadaan kita.Setiap bagian dari manusia berdoa.

Paus mengatakan doa adalah kerinduan yang membawa kita melampaui diri kita sendiri ketika kita mencari “yang lain”. Ini menyangkut “Aku” yang mencari “Engkau.”

Sebab, kata Paus Fransiskus, karakter doa sebagai “universal, intim, dan sepenuhnya percaya pada Tuhan.” Doa seorang Kristen dimulai dengan wahyu bahwa “Engkau” yang kita cari tidak terselubung dalam misteri.

***

Air mancur di Lapangan St. Petrus karya arsitek Carlo Modena, yang dibuat pada tahun 1612 – 1614 (Foto: Trias Kuncahyono)

Tepat pukul 21.00, Kardinal Parolin menyapa umat yang ikut doa rosario, “Selama 2.000 tahun umat Kristiani telah berdoa untuk Paus ketika dalam bahaya atau lemah. Sejak Bapa Suci Fransiskus dirawat di rumah sakit Gemelli, doa yang intens telah dipanjatkan kepada Tuhan oleh umat beriman dan komunitas Kristen di seluruh dunia,” katanya, juga komunitas non-Kristen di manapun.

Dan, pada malam hari ini, “Kita juga ingin bergabung dalam doa secara terbuka di rumahnya dengan mendaraskan rosario suci.” Dengan mempercayakan Paus berusia 88 tahun itu “kepada perantaraan penuh kuasa Bunda Maria….semoga beliau, ibu kami yang penuh perhatian, mendukungnya dalam masa sakit dan pencobaan ini, dan membantunya memulihkan kesehatannya segera.”

Di bawah mendung yang belum juga pergi dari langit Roma, di dalam dekapan malam yang dingin, melambunglah doa yang didaraskan begitu banyak orang yang duduk, yang berdiri, dan bahkan yang berlutuk di Lapangan St. Petrus, yang bersimbah darah para martir dan yang penuh berkah.

Doa itu melambung, melambung tinggi…Santa Maria, Madre di Dio, prega per noi peccatoti, adesso e nell’ora della nostra morte…

Ini mengingatkan hampir 12 tahun silam, 13 Maret 2013, di balkon Basilika St. Petrus, pada penampilannya yang pertama setelah terpilih sebagai penerus St. Petrus, Paus Fransiskus mengatakan, “…I ask you to pray to the Lord that he will bless me…” Paus dengan rendah hati minta didoakan. Mengapa? “I am a sinner,” katanya.

Ketika di ujung doa bersama, bergema lagu Salve Regina yang dinyanyikan dengan sepenuh perasaan dan hati…malam itu pun menjadi lengkap…lengkap menyerahkan semuanya pada providentia Dei, penyelenggaraan Ilahi..dengan perantaraan Bunda Maria….

Salve, Regina, mater misericordiae:
Vita, dulcedo, et spes nostra, salve.
Ad te clamamus, exsules, filii Hevae.
Ad te suspiramus, gementes et flentes
in hac lacrimarum valle.
Eia ergo, Advocata nostra,
illos tuos misericordes oculos
ad nos converte.
Et Iesum, benedictum fructum ventris tui,
nobis, post hoc exsilium ostende.
O clemens: O pia: O dulcis
Virgo Maria….***

Foto-foto lain:

Bagaimana menurut Anda artikel ini
+1
0
+1
1
+1
22
+1
59
Kredensial