Andaikata, pada waktu itu Marshal Willi Trageser dari Devisi Parasit Kedua, Jerman melaksanakan perintah Letnan Kenneth Renberg, maka kami tak akan melihat lagi bangunan bersejarah itu: Arch of Augustus, Gapura Augustus.
Peristiwa itu terjadi pada September 1944, saat berkobar pertempuran Remini, antara pasukan Sekutu dan Jerman. Sejarah menceritakan, pasukan Kanada berhasil memukul mundur pasukan Jerman dan membebaskan Rimini.
Siang itu, kami di Rimini, sebuah kota di tepi Laut Adriatik, sekitar 342 timur laut Roma. Kami menghadiri acara Paskahan Bersama IRRIKA (Ikatan Rohaniwan Rohaniwati di Kota Abadi Roma) yang diselenggarakan di Biara Para Suster Maria Imacculata, Miramare, Remini. Sehari sebelumnya, kami menghadiri acara serupa untuk wilayah Italia Selatan di Biara Para Suster Pasionis di Napoli.
Rimini, kota tua. Catatan sejarah menceritakan, kota ini dibangun pada tahun 268 SM oleh pemerintahan Romawi. Di zaman itu, Rimini bernama Ariminum, mengambil nama sungai yang mengalir di tempat itu: Sungai Ariminus. Karena lokasinya di tepi Laut Adriatik, Ariminum menjadi kota yang memiliki nilai strategis dan ekonomis. Karena itu pula, Jerman menguasa Rimini.
Kota yang terletak sekitar 20 km di timur laut Republik San Marino ini–negara terkecil kelima di dunia; wilayahnya hanya 61 km2 itu–adalah kota pantai indah. Berpasir keemasan lembut dan bersih.
Pantai Rimini, bebas plastik. Gelas dan sedotan plastik dilarang digunakan di kawasan pantai. Bahkan, merokok pun dilarang di kawasan pantai. Semua itu demi kebersihan dan kenyaman para wisatawan.
***
Arch of Augustus, Gapura Agustus, itu peninggalan sejarah yang nyaris rata dengan tanah. Bukan hanya pasukan Jerman yang akan menghancurkan gapura yang dibangun pada tahun 27 SM itu, tapi juga pasukan Italia pimpinan Benito Mussolini. Mereka meruntuhkan bangunan tembok kota, sehingga tinggal gapura itu, yang menjadi saksi perjalanan zaman, perjalanan peradaban dan manusianya.
Ada plakat kecil yang dipasang beberapa meter depan gapura. Plakat bertuliskan dalam bahasa Italia dan Inggris itu menjelaskan kapan gapura itu dibangun.
Gapura kemenangan ini, begitu bunyi plakat tersebut, adalah gapura tertua di Italia Utara yang masih berdiri. Lewat gapura ini, mereka yang menggunakan Jalan Flaminian–dibangun oleh Konsul Flaminius pada tahun 220 SM–masuk ke Rimini. Jalan Flaminian menghubungkan Rimini dengan Roma.
Pada tahun 27 SM atas perintah Senat dibangunlah gapura itu untuk menghormati Kaisar Augustus (63 SM – 14 M). Maka namanyapun Gapura Augustus. Augustus adalah kaisar pertama Romawi setelah berakhirnya Republik Roma.
Augustus yang nama aslinya Gaius Octavius. Ibunya bernama Atia adik Julia, saudari Julius Caesar (100 SM – 44 SM), seorang jenderal, negarawan, dan juga diktator Romawi. Caesar adalah pemimpin yang sangat kondang pada zamannya; juga masih diingat hingga kini.
***
Kisah kematian Julius Caesar diceritakan sebagai tragedi kepercayaan. Ia menjadi korban konspirasi 60 elite politik. Tokoh konspirasi adalah Marcus Junius Brutus dan Gaius Cassius Longinus.
Mengapa tragedi kepercayaan? Sebab, Brutus adalah orang sangat dipercayainya. Meski terlibat dalam pemberontakan Pompey, tapi Brutus dimaafkan Caesar ketika ditangkap dalam pertempuran di Pharsalus tahun 48. Bahkan setelah dimaafkan, Caesar mengangkatnya menjadi praetor–pejabat peradilan di zaman Romawi kuno.
Maka itu, ketika Caesar melihat Brutus ikut menusuknya, dengan penuh keheranan dia berkata, “Et tu, Brute” (Kamu juga Brutus). Ini adalah ungkapan kekagetan sekaligus kesedihan Caesar melihat orang yang pernah dimaafkan, dipercaya, dan dicintainya ikut juga menusuk dirinya.
Tapi, Brutus berdalih ikut kelompok konspirasi untuk menyingkirkan diktator Julius Caesar, untuk menyelamatkan negara. Kata Brutus, demi kesejahteraan, kemerdekaan, dan kebebasan Roma, Caesar harus disingkirkan.
Setelah Caesar tewas, Roma aman? Tidak! Justru terjadi perang saudara. Dampak kematian Caesar tidak seperti harapan para pembunuhnya. Sebagian besar masyarakat Romawi membenci para senator atas pembunuhan tersebut. Apalagi lalu pecah perang saudara rebutan kekuasaan.
Pada akhirnya, cucu laki-laki dan anak angkat Caesar, Oktavianus, muncul sebagai pemenang dalam perebutan kekuasaan. Ia menjadi pemimpin Roma. Dia mengganti namanya menjadi Augustus Caesar. Pemerintahan Augustus menandai berakhirnya Republik Romawi dan dimulainya Kekaisaran Romawi.
Kisah Julius Caesar, berakhir; juga Republik Roma. Caesar tewas di tangan orang yang dicintainya, pada 15 Maret 44 SM di gedung Senat, dengan 23 kali tusukan.
Julius Caesar memang telah mati. Tapi, ucapan keterkejutan, sakit hati, dan kekecewaannya yakni, “Et tu, Brute”, masih diingat orang dan diulang-ulang. Orang juga masih ingat kata-kata Caesar yang sangat kondang, ketika sebagai jenderal besar menaklukan sejumlah wilayah di Eropa: Veni, vidi, vici, saya datang, saya melihat, saya menang.
***
Masih saya pandangi Gapura Augustus itu. Angin dari Laut Adriatik, saya rasakan semilir dan dingin. Tapi matahari leluasa melepaskan sinarnya. Langit begitu biru. Bersih.
Beberapa orang terlihat duduk di bangku-bangku beton depan gapura, menikmati belaian sinar matahari. Serombongan orang melintas di bawah gapura; juga serombongan pesepeda yang kemudian berhenti untuk berfoto.
Seorang perempuan tua, mengagetkan saya. Ia tiba-tiba berdiri di samping saya dan bertanya “Dari mana Anda?” Ketika saya jawab dari Indonesia, ia tersenyum. Tapi saya tidak tahu apakah senyuman itu tanda bahwa ia tahu di mana Indonesia itu? Ia pergi begitu saja.
Tak lama kami berdiri di depan Gapura Augustus, sambil mengaguminya. Inilah bukti sejarah kebesaran Kekaisaran Romawi dulu. Dari sejarah, kita bisa banyak belajar. Karena memang historia magistra vitae, la storia è maestra di vita, sejarah guru kehidupan.
Kata seorang negarawan, ahli hukum, cendekiawan, dan penulis Romawi, Cicero (106 SM – 43 SM) Historia vero testis temporum, lux veritatis, vita memoriae, magistra vitae, nuntia vetustatis (Cicerone, De Oratore, II, 9, 36), Sejarah sesungguhnya adalah saksi zaman, cahaya kebenaran, kehidupan kenangan, guru kehidupan, berita zaman dahulu.”
Tapi, kita cenderung abai terhadap sejarah, tak mau belajar dari sejarah. Karena, kata orang, sejarah ditulis oleh pemenang. Akibatnya, orang cenderung tak peduli, dan kurang percaya pada sejarah. Sejarah adalah masa lalu, begitu kata mereka. ***
Foto-foto lain:
Luar biasa. Mengingatkan saya masa lalu belajar bahasa Latin. Text terakhir yg baca adalah De Bello Galico.
Matur nuwun…. ada Caesar… ada Brutus…. ada kalimat yg relevan sampai hari ini…. Et tu! Brute.
Berkah Dalem.
De, saya malah nggak paham De Bello Galico…🤣🤣🤣 nuwun
Siapa Brutus siapa Julius Caesar..perempuan tua, diam berlalu stlh drngar jawaban: Indonesia. Tunggu teka teki berikutnya
Hahaha…teka-teki, apa lagi, Ki…? Suwun
Tulisan ini sangat luar biasa bagi saya yang belum pernah mengetahui tentang benteng ini.
Terima Kasih atas tulisan H.E. Trias Kuncahyono.
‘Et Tu, Brute’, sebuah ungkapan yang memberikan pencerahan bagi mereka yang mendalami dan belajar politik. Tidak ada kawan yang abadi.
Budaya dinasti telah terungkap dengan terpilihnya Oktavianus, anak angkat Kaisar Julius Caesar. Leader sejati mampu menciptakan penerus baru bagi rakyat atau dinastinya. Namun demikian, Leader sejati dalam politik selalu mempunyai musuh. Tidak ada manusia yang sempurna.
Leader Bangsa sejati akan dicintai rakyat dan dicintai Sang Pemberi Kuasa karena ketulusan hati, kejujuran dan kerendahan hati. Ketegasan dan disiplin leader sejati akan selalu dilihat bak mata pedang oleh lawan maupun rakyatnya.
Terima kasih banyak, telah membaca…moga2 terhibur…Salam
Et Tu, Brute. Tak disangka org yg sangat dipercayai Caeser justru pencabut nyawanya. Teringat bbrapa pemimpin dunia meninggal ditangan pemuja dan pencinta bahkan pengawalnya sendiri. Sebut saja PM India, Ny. Indira Gandhi putri Jawaharlal Nehru, dibunuh pengawalnya 31 Okt 1984. Mantan PM Israel Yitzhak Rabin dibunuh 4 Nov 1995 olh seorg ultranasionalis pencinta Rabin krn menentang keras perdamaian Israel-Palestina yg diperjuangkan Rabin. Dari Afrika ada Laurent Kabila Pres Rep.Demokratik Kongo, ditembak mati di kantornya oleh pengawalnya sendiri. Balik ke India, bapak kemerdekaan India Mohandas Karamchand Gandhi dibunuh 30 Januari 1948 konon olh pemuja tokoh spiritualias dunia itu. Brutus mengingatkan: org dekat, pengikut, pemuja tokoh, justru jadi agen konspirasi pencabut nyawa.
Begitulah, politik…bukan Politik..
Salam