PESAN PAUS DI AWAL DESEMBER

Lapangan Santo Petrus (Foto: Trias Kuncahyono)

Sebelum melangkah keluar dari kamar kerjanya, di Palatium Apostolicum atau Istana Kepausan, Vatikan, Paus Fransiskus berkata lirih pada saya. Mendengar pesan itu, saya mengangguk, menjabat tangannya sambil tersenyum.

Pesan Paus itu, akan selalu saya ingat dan saya laksanakan. Saat itu, saya juga berkeinginan untuk mengajak orang-orang lain untuk melaksanakan pesan Paus.

Hari itu, Senin, 11 Desember 2023. Sambil berjalan meninggalkan kamar kerja Paus dan merenungkan pesannya, saya lemparkan pandangan keluar tembus jendela kaca, tampak langit di atas Roma tidak biru seperti biasa. Abu-abu. Mendung menyelimuti Kota Abadi itu.

Menurut prakiraan cuaca, seharian berawan. Suhu udara 8 derajat Celsius, tapi kata BMKG Roma, terasa empat derajat. Bahkan gerimis tipis-tipis jatuh di mana-mana.

Sejak kami meninggalkan Wisma KBRI Takhta Suci, Vatikan, Jalan Oceano Atlatico 246, Roma, pukul 08.15 menuju ke Vatikan, langit sudah kelabu. Bahkan beberapa bagian langit tampak awan hitam. Halaman wisma, rerumputan, dan daun-daun pohon cemara, jeruk, pisang, tanaman mawar, cabe, beberapa tanaman bunga lainnya, basah. Basah air hujan yang turun malam sebelumnya.

Merahnya bunga mawar tak  mampu sedikit pun mengurangi kelamnya pagi itu. Padahal, tatkala hari cerah, langit biru, merahnya bunga mawar yang bermekaran di taman dan pot-pot sungguh indah.

Bunga-bunga kecil seperti bunga aster kuning yang bermekaran di taman di depan dan samping wisma, sehari sebelumnya terlihat indah di antara hijaunya daun pun, tak berdaya.

Meski mendung, pagi itu, jalan-jalan sepanjang 13,5 km dari wisma ke Vatikan, padat. Untung perjalanan kami dituntun mobil polisi, jadi dengan mudah menerobos kemacetan. Dan, 15 menit kemudian mobil kami sudah memasuki Piazza San Pietro, Alun-alun Santo Petrus, halaman depan Basilika Santo Petrus.

***

Pohon Natal di Lapangan Santo Petrus (Foto: Trias Kuncahyono)

Ketika mobil kami memasuki Alun-alun Santo Petrus, terlihat sejumlah peziarah dan wisatawan berjalan-jalan, memotret dan berpotret diri di tempat bersejarah  yang disekat-sekat dengan pembatas kayu itu. Di bagian alun-alun yang dekat dengan Basilika berderet kursi ditata rapi.

Pohon Natal setinggi 25 meter  yang didatangkan dari Pegunungan Alpens, Italia Utara dekat perbatasan dengan Perancis, sudah didirikan di piazza beberapa meter dari obeliks yang berdiri kokoh melintas zaman di tengah alun-alun. Pohon Natal dihiasi bunga edelweiss yang tumbuh di Alpen.

Natal tahun lalu tinggi Pohon Natal 30 meter dan didatangkan dari Rosello, Italia. Setiap tahun, asal Pohon Natal berbeda-beda. Tahun 2020, berasal dari Kočevje, Slovenia; Veneto, Italia (2019), Gołdap, Polandia (2017), Ehenfeld bei Hirschau, Bavaria, Jerman (2015), Zakarpattia Oblast, Ukraine (2011), dan hutan Ardennes, Wallonia, Belgia (2009).

Tingginya pun tidak selalu sama. Ada yang 33,5 meter; 30 meter, 28 meter, 26 meter; dan bahkan ada yang “hanya” 21 meter (2017).

Tradisi memasang Pohon Natal (dan Gua Natal) di Alun-alun Santo Petrus dimulai di zaman Paus Yohanes II tahun 1982. Pohon Natal mula-mula adalah simbol semangat Natal Eropa Utara. Tapi, sekarang sudah mendunia.

Pagi itu, terlihat sejumlah pekerja tengah merampungkan menghiasi Pohon Natal dan Gua Natal. Sebuah truk diparkir di dekat obeliks.

Obelisk, tugu batu granit merah itu adalah salah satu dari 13 obelisk asal Mesir yang dibawa Caligula (12-41; menjadi kaisar pada tahun 37 dan dibunuh tahun 41) ke Roma. Penempatan obelisk di tengah alun-alun itu atas perintah Paus Sixtus V (1521-1590) menjadi Paus sejak 1585.

***

Salah satu karya Michelangelo di Kapel Sistina (Foto:pixabay.com)

Inilah untuk keempat kalinya saya masuk ke kompleks Istana Kepausan. Tetapi, tiga kali sebelumnya tidak masuk ke tempat Paus berkantor, melainkan tempat Menteri Luar Negeri dan Protokol Kepausan.

Kini, tujuan saya ke Istana Kepausan untuk bertemu Paus. Istana Kepausan atau Palatium Apostolicum (Latin) atau Palazzo Apostolico (Italia) adalah kediaman resmi Paus, uskup Roma,  pemimpin Gereja Katolik Roma se-Dunia dan Kepala Negara Takhta Suci, terletak di Kota Vatikan.

Istana ini juga dikenal sebagai Istana Vatikan. Tetapi, Paus Fransiskus sejak semula tidak pernah tinggal di istana ini. Paus lebih memilih tinggal di Domus Sanctae Marthae (Rumah Santa Marta) yang biasanya digunakan untuk menginap para kardinal saat konklaf, pemilihan paus.

Vatikan menyebut istana itu sebagai Istana Sistus V, untuk menghormati Paus Sistus V (menjadi Paus, 24 April 1585 – 27 Agustus 1590) yang membangun sebagian besar bentuk istana yang ada saat ini mulai 30 April 1589.

Lalu dilanjutkan Paus Urbanus VII. Ia menjadi yang masa jabatannya terpendek, hanya 15 hari, 15 September 1590 – 27 September 1590. Paus Urbanus VII wafat karena serangan penyakit malaria.

Pembangunan istana dilanjutkan Paus Klemens VIII (menjabat mulai 30 Januari 1592 – 3 Maret 1605). Lalu diteruskan Paus Innosensius XI (menjadi Paus, 21 September 1676 – 11 Agustus 1689).

Kemudian pada abad ke-20, Paus Pius XI (menjabat 6 Februari 1922 – 10 Februari 1939) membangun galeri seni dan pintu masuk museum yang sangat indah. Di Istana Kepausan antara lain ada Apartemen Paus, berbagai kantor Gereja Katolik (termasuk Kementerian Luar Negeri), kapel khusus dan umum, Museum Vatikan, Kapel Sistina, dan Perpustakaan Vatikan.

Kapel Sistina (diberi nama sesuai dengan nama Paus yang membangunnya (1473-1481), Paus Siktus IV, kapel sangat indah yang dihiasi antara lain fresko di tembok altar lukisan Pengadilan Akhir karya Michalangelo. Ada juga sembilan panel lukisan yang mengisahkan Cerita Penciptaan, dari awal mula hingga banjir bandang zaman Nabi Nuh dan lahirnya kembali umat manusia.

***

Menyerahkan “Letter of Credence” kepada Paus (Foto:MediaVatican)

Walaupun langit mendung, hawa dingin, tapi bagi saya (bagi kami) inilah hari yang sangat mengesankan; hari yang memberikan kenangan.

Hari itu, kami diterima Paus Fransiskus di Istana Kepausan  untuk menyerahkan Credential Letter, Surat Kepercayaan. Lalu, diajak masuk ke ruang kerjanya. Di tempat itu, kami berdiskusi banyak hal.

Istilah letter of credence dipungut dari bahasa Latin Pertengahan, litterae credentiales. Secara sederhana yang disebut Surat Kepercayaan adalah (yang dalam bahasa Perancis, Lettre de créance) surat diplomatik resmi yang menunjuk seorang diplomat sebagai duta besar untuk negara berdaulat lain.

Umumnya, surat itu dikenal  sebagai kredensial diplomatik. Surat tersebut dikirim dari seorang kepala negara ke kepala negara lainnya meminta mereka untuk memberikan kepercayaan (Perancis: clairce) terhadap duta besar yang berbicara atas nama mereka.

Surat diserahkan langsung oleh duta besar yang ditunjuk kepada kepala negara penerima dalam upacara resmi. Penyerahan itu, menandai dimulainya tugas duta besarnya.

Secara tradisional, Kredensial ditulis dalam bahasa Perancis, bahasa umum diplomasi. Namun, mungkin juga ditulis dalam bahasa resmi negara pengirim atau bahasa Inggris.

***

Kami, terutama saya, tidak bisa menikmati keindahan Istana Kepausan dengan lukisan-lukisan, fesko-fresko, dan juga patung-patung yang bercerita banyak tentang tingginya seni budaya, nilai keindahan. Sebab, langsung diajak masuk ke tempat acara.

Semua acara berjalan secara cepat dan ringkas, tanpa bertele-tele diribeti berbagai aturan. Paus Fransiskus dengan tersenyum penuh suka cita menyambut kami: menyalami kami semua, berfoto, dan berbicara penuh keramahan, selalu disertai senyum kepada kami semua.

Dan, ketika saya berbicara empat mata (didampingi penerjemah, Romo Purnama MSF, karena Paus berbicara dalam bahasa Italia), Paus tetap penuh senyum, antusias, dan dengan penuh perhatian mendengarkan yang saya sampaikan.

Kami berbicara tentang hubungan bilateral kedua negara, tentang Pancasila, tentang agama, budaya, pendidikan, iklim, dan juga soal Gereja Indonesia. Kami juga membahas soal situasi terakhir di Timur Tengah berkait perang antara Israel dan Hamas.

“Perang selalu merupakan kekalahan. Kehancuran persaudaraan manusia,” kata Paus dengan wajah sedih. Ia menunduk.

Padahal, sebelum kami bicara soal perang, Paus non-Eropa pertama (dipilih pada 13 Maret 2013) sejak Paus Gregorius III dari Siria wafat pada tahun 741, selalu tersenyum.  Selama 15 menit kami bertukar pikiran di kamar kerjanya.

***

Memasuki Istana Kepausan

Sebelum saya mengayunkan langkah keluar dari kamar kerjanya, Paus berkata dengan suara lirih. “Non dimenticare, prega per me.” Jangan lupa, doakan saya.

Paus memandangi saya dan tersenyum. Lalu pelan-pelan melangkah berjalan dengan tangan kanannya memegang tongkat, menuju pintu keluar kamar kerja. Perfek Rumah Tangga Kepausan Mgr Leonardo Sapienza yang semula berdiri di depan pintu segera menghampiri Paus.

Mendengar pesan itu, saya ingat yang dikatakan Paus saat pidato pertamanya kepada puluhan ribu umat yang dengan setia menunggu paus baru di Lapangan Santo Petrus, hari Rabu malam, 13 Maret 2013. Dari balkon Basilika Santo Petrus, Paus Fransiskus mengatakan:

….saya memohon kepada Anda sekalian untuk berdoa kepada Tuhan agar Ia bersedia memberkati saya….doa Anda sekalian untuk saya.

Itulah pesan Paus sebelum saya meninggalkan kamar kerjanya. Ada banyak pesan lain yang disampaikan sebelumnya, dalam pembicaraan kami. Tapi, pesan terakhir itu terasa kuat menyentuh hati dan pikiran saya.

Sebelumnya, saya mohon kepada Paus agar mendoakan Bangsa dan Negara Indonesia, yang akan mengadakan pemilu.  Kata Paus doa umat beriman memberikan kekuatan dan membantunya dalam menjalankan tugas perutusannya.

Tiba-tiba, ketika kami (saya dan Romo Purnama, sudah berjalan keluar kamar sekitar 20 meter)  pendamping kami dari Vatikan mengatakan, “Bapak Duta Besar, silakan berbalik, Bapa Suci masih berdiri di depan pintu kamar kerjanya.”

Dan, benar Paus didampingi Mgr Sapienza masih berdiri di depan pintu. Begitu melihat kami, Paus melambaikan tangannya dan tersenyum…. ***

Foto-foto lain, dari MediaVatican:

 

 

 

Bagaimana menurut Anda artikel ini
+1
0
+1
0
+1
46
+1
119
Kredensial