Maleager. Ia juga disebut Maleagros. Menurut mitologi Yunani, Meleagros adalah seorang pangeran (putra Raja Oeneus dari Calydon), pahlawan. Ia membebaskan bangsanya dari bahaya.
Alkisah, Maleagros mendapat tugas negara, memimpin ekspedisi membunuh babi hutan yang meneror penduduk. Babi itu kiriman Dewi Pemburu Artemis. Tujuan Artemis memang ingin meneror rakyat kerajaan Calydon di Aetolia, Yunani barat tengah.
Ekspedisi itu berhasil. Babi hutan berhasil dibunuh Maleagros. Bahkan, kepalanya dipenggal. Dan, Maleagros dipuja-puja sebagai pahlawan. Tapi, Maleagros tidak sendirian dalam memburu babi liar itu, melainkan ditemani dan dibantu anjing.
Sosok Maleagros, sang pahlawan, diabadikan dalam bentuk patung. Seorang pematung Yunani, Skopas, pada abad kedua SM, membuat patung Maleagos dari perunggu. Menurut catatan, patung perunggu itu hilang.
Tetapi, di “Hall of Animal”, salah satu bagian di Museum Vatikan, ada juga patung Meleagros. Patung seorang laki-laki setinggi 210 Cm, berdiri tegak, nyaris telanjang bulat, jubah disampirkan di bahunya, pergelangan tangan kiri putus terbuat dari marmer putih ini karya Pierre Lepautre. Patung yang khusus dipersembahkan kepada Louis XIV, dibuat pada tahun 1878 ini adalah kopian patung asli karya
Di sebelah kanan Maleagros duduk seekor anjing pemburu dengan kepala mendongak melihat tuannya. Dan, di sebelah kirinya ada kepala babi hutan kiriman Dewi Artemis (dalam mitologi Romawi, Diana) yang dibunuhnya.
***
Anjing. Banyak cerita yang mengisahkan tentang hubungan manusia dan anjing. Hubungan baik itu sudah lama terjalin. Bagi seorang pemburu, seperti Maleagros, anjing sangat penting; teman setianya. Maka, Skopas pun meletakkan patung anjing di samping Maleagros.
Zeus, pemimpin para dewa Yunani (seperti Batara Guru dalam wayang purwo), juga mempunyai anjing. Anjing itu dikenal sebagai Kyôn Khryseos atau Cyon Chryseus (Latin) atau Anjing Emas. Dalam kisah pewayangan pun ada kisah anjing milik Yudhistira.
Dalam sastra Yunani kuno, cerita tentang anjing juga ada. Homer (yang hidup pada abad sembilan atau delapan SM di Ionia–sekarang masuk wilayah Turki), salah satu yang berkisah tentang anjing. Dalam salah satu puisi epiknya yang sangat kondang, Odysse, Homer menggambarkan pengorbanan Argos.
Argos adalah anjing sahabat setia Odysseus (Ulysses). Selama 20 tahun, Argos menunggu kepulangan Odysseus yang pergi meninggalkan Ithaca, pulau indah di Yunani kampung halamannya.
Ketika Odysseus kembali ke Ithaca, dia menyamar. Tetapi, Argos mengenali tuannya dan bangkit untuk menyambutnya. Saking terharunya, melihat Argos yang begitu setia, Odysseus tak mampu menahan airmatanya; memalingkan wajahnya dari Argos. Anjing itu, berbaring di sisinya. Dan, mati. Tapi, mereka melanjutkan pertemanannya di alam lain.
Episode ini terkenal karena menggambarkan kesetiaan anjing, cinta tuan, dan saling cinta antar-mereka. Kata Aristoteles, ada kehormatan menjadi seekor anjing. Karena setia. Kesetiaan adalah kehormatan. Yang setia, yang memiliki kehormatan.
***
Kata Marcus Tullius Cicero (106 – 43 SM), filsuf, penyair, sejarawan, dan negarawan Romawi, “Anjing menunggu kita dengan setia.” Seperti ditunjukkan Argos yang 20 tahun menunggu kepulangan Odysseus.
Anjing itu binatang paling setia dan bersahabat dibandingkan binatang lain. Anjing tidak mengkhianati tuannya. Apa pun kesalahan tuannya, dia tak peduli; tetap setia. Sebab, kesetiaan juga merupakan sifat alami anjing.
Sementara manusia “mewarisi” sifat ketidak-setiaan. Kalau membaca kisah manusia pertama di Taman Firdaus, di sanalah awal-mula ketidak-setiaan itu muncul karena kesombongan manusia. Meskipun, hal itu tidak bisa dijadikan dasar pembenaran kalau berlaku tidak setia. Sebab, pada awal mula manusia (dan alam raya) diciptakan baik adanya.
Tetapi, yang biasa terjadi, ketika komitmen kesetiaan seseorang atau siapa pun menjadi lemah, maka mulailah pelan-pelan meninggalkan jalan yang sebelumnya telah ditapaki dengan penuh ketekunan; meninggal fitrahnya, bahwa pada awal mula, manusia itu baik adanya. Ketidak-setiaan bisa terjadi karena banyak hal, banyak musabab yang biasanya dicarikan dasar pembenaran.
Karena kesetiaan itu pulalah, maka sejak zaman Romawi kuno (juga Yunani, Mesir, dan bangsa-bangsa lain) anjing pun menjadi binatang peliharaan. Di Mesir, Dewa Kematian, Anubis, berkepala “jackal”. Yakni, sejenis anjing liar asli Afrika dan terkenal sebagai pemakan bangkai hewan.
Anjing pun menjadi aspek umum dalam cerita rakyat dan mitologi budaya selama ribuan tahun. Hewan ini ada di mana-mana dalam budaya dan kehidupan sehari-hari masyarakat Romawi dan penduduk Kekaisaran Romawi juga bangsa-bangsa lain.
Selain setia, anjing juga dikenal sebagai binatang yang patuh, memiliki intuisi yang hebat, spontanitas dalam mengekspresikan emosi melalui gerakan ekor, cara menggonggong yang berbeda, dan postur tubuh yang berbeda.
Menurut yang empunya cerita, berdirinya kota Roma juga ada kaitannya dengan “keluarga” anjing, yakni serigala. Para ahli berkesimpulan bahwa anjing memisahkan diri dari keluarga serigala kakek moyangnya terjadi 135.000 tahun silam–sebelum anjing dan serigala hidup bersama manusia.
Maka, hati-hati pada anjing: ia binatang patuh dan setia pada tuannya. Patuh dan setia bukan semata-mata karena dirawat, dikasih makan dan minum tetapi karena memang dari “sono”-nya sudah demikian, sebagai binatang yang menyukai kebersamaan (sebagaimana serigala yang hidup dalam kelompok, dalam kebersamaan).
***
Soal kesetiaan anjing, kemarin saya saksikan saat olah raga jalan pagi. Saya lihat sejumlah perempuan jalan pagi sambil membawa anjingnya. Ada yang tidak dilepas dari talinya, sehingga anjing itu menurut saja dibawa ke mana-mana. Tapi yang dilepaskan dari tali pengikatnya pun, tetap berjalan, kadang di belakang, kadang di samping, kadang di samping kanan nyonyanya, dan sekali-kali berlari mendahuluinya lalu berhenti menunggu nyonyanya dengan setia. Dia tidak mau jauh-jauh meninggalkannya.
Itulah kesetiaan. Kesetiaan seekor binatang. Setia model binatang. Tetapi, kesetiaan binatang pun tetaplah sangat luhur karena merupakan ungkapan dari terima kasihnya, seperti kesetiaan Argos pada Odysseus; yang setia sampai mati, tidak mau berganti tuan, tidak mau berkhianat.
Ah, ini hanya cerita tentang Maleagros dan anjingnya; dan cerita Argos dan Odysseus…
Belajar kesetiaan anjing thd tuannya atau sahabatnya.
Matur nuwun pencerahannya dimas dubes. Tetap setia n terus memberi pencerahan.
Luar biasa kesetiaan anjing kepada tuannya. Terima kasih sharing cerita ini Pak Dubes. Semoga bisa menjadi hikmah penting bagi siapapun.
Cerita yang menarik. Terima kasih banyak Mas telah menambah pengetahuan saya dan mengusik hati nurani saya.
Mata sya berkaca2 melihat ratusan ekor anjing dibantai di Pulau Lombok-NTB bbrapa waktu lalu. Ratusan bangkai itu di telentangkan di sebuah tempat. Sya terkejut begitu banyak komentar Netizen. Ada yg mendukung tindakan itu tdk saja soal haramnya binatang itu, tetapi sumber malapetaka yakni penyakit Rabies. Sebaliknya lebih banyak yg mengumpat, memarahi perilaku tdk hormati ‘hak hidup’ binatang. Malah ada yg sebut itu ‘perilaku kebinatangan’ manusia. Mrk dr semua kalangan agama. Belajar dari kesetiaan Argos pada Odysseus, kita berterima kasih pd hewan itu. Kita punya pengalaman berbeda hal kesetiaan anjing pd tuan dn hewan piara tuannya. Benar bhw anjing sumber rabies, ttpi kapan petugas kehewanan memeriksa dan merawat berkala binatang ‘sahabat’ keluarga itu? Di sebagian komunitas masy Indonesia, anjing tdk hanya penjaga keamanan, kepentingan acara adat dan aset utk dijual demi nafkah, ttpi juga pemburu binatang perusak tanaman spt celeng/ babi hutan, tikus, bajing dll. Sayangnya, begitu seseorang terjangkit rabies ramai2 anjing dihabisi, tanpa diperiksa. Dimana penghargaan kita terhadap ‘hak hidup’ hewan setia sbg kawan? Dimana kewajiban pemerintah lakukan antisipasi penyebaran rabies?? Atau terus menyalahkan pemilik yg masa bodoh dgn itu??
Seingatku, pak duta belum pernah pelihara anjing ya. Kalau pernah punya tentu ceritanya lengkap.
Sungguh ini kisah mengesankan, karena berasal dari “mitologi Yunani” yang klasik itu.
Dikatakan klasik, karena kisah-kisah dari Yunani telah ada sejak ribuan tahun yang lalu, jauh sebelum zaman modern. Namun, pengaruhnya besar dan telah menginspirasi banyak karya sastra, seni rupa, film, dan budaya di seluruh dunia.
Meskipun berasal dari zaman dan budaya yang berbeda, tema-tema yang diangkat dalam mitologi Yunani, seperti tentang cinta, keberanian, pengorbanan, kebijaksanaan,.. masih relevan hingga zaman kini.
Kebetulan bahwa, tema yang disharingkan bung Trias kali ini tentang “kasih sayang” dan “kesetiaan”. walau itu antara seorang hero dengan hewan peliharaannya: seekor anjing, Dan, memang mengharukan sekali relasi atau jalinan “kasih-setia” antar keduanya ini.
Katakan itu sebuah metafora, bagaimana andai dipadankan dengan realita jaman ini atau kenyataan hidup sehari-hari: apakah kasih sayang dan kesetiaan hadir bersama ?! Apakah kasih sayang itu tulus dan murni ?! Apakah kesetiaan itu karena “prinsip” atau “ada pamrihnya” ?! Patut disayangkan, andai kedua tema luhur tsb tidak berkoeksistensi, tidak hadir bersamaan dan saling menghidupi. Krn kalau demikian, yg ada hanyalah disharmoni, ketidak-selarasan …. !!
Mekaten bung Trias,
Nuwun untuk sharingnya yang selalu mengesankan.
Doa kami menanti kunjungan Sri Paus.