APA YANG SALAH

 

 

Persatuan dan kesatuan (brainly.co.id)

Ya, apa yang salah di negeri ini? Ada-ada saja yang dijadikan sebagai bahan untuk menyulut keributan. Dan, ada pula orang yang hobi mencari-cari hal untuk diributkan, digoreng-goreng, dibumbu-bumbuin, dan kemudian disebarluaskan lewat media sosial.

Lantas–kalau sudah ribut, hiruk-pikuk, muncul beragam komentar dari segala penjuru dan dari berbagai orang baik dari orang biasa  sampai yang tidak biasa, media sosial heboh, muncul kebencian, masuk ke ranah hukum–minta maaf. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Padahal kata orang, “the damage has been done.” Maka, ucapan minta maaf itu sama sekali tak memulihkan keadaan. Kerusakan telah terjadi. Anyaman tikar kebangsaan, robek sudah.

Dan hal itu,  berulangkali terjadi. Seperti nggak ada persoalan yang lebih penting bagi bangsa dan negara ini ketimbang bikin bising,  heboh, menebar hoaks, berita bohong, kebencian, dan juga isu-isu yang memecah-belah. Yang terakhir soal “rendang daging babi”,yang ramai di jagad media sosial juga media online.
***

Ilustrasi foto (elebrary.com)


Mengapa orang suka membuat keributan? Apa yang ia atau mereka cari? Negeri ini menjadi berantakan, acakadut? Keuntungan politik? Keuntungan finansial? Melemahkan pemerintah atau mau menunjukkan bahwa pemerintah tak berdaya? Perpecahan bangsa?

Mengapa orang-orang yang semestinya memberikan pernyataan adem, menyejukkan, menenteramkan justru melakukan hal sebaliknya. Ibarat kata mereka justru menyiramkan bensin ke api.

Mengapa bangsa yang majemuk bahkan sebelum lahir ini, mudah meninggalkan kemajemukannya? Kita semua seperti lupa atau apa sengaja melupakan atau tak peduli,  bahwa negeri ini dalam banyak hal majemuk; berwarna. Tanpa kemajemukan itu, negeri ini bukan lagi Indonesia.

Salah satu sisi kemajemukan bangsa ini adalah adanya keragaman agama yang dipeluk dan kepercayaan yang diyakini oleh penduduknya. Dengan kata lain di Indonesia yang hidup dan berkembang adalah agama dan kepercayaan, tidaklah tunggal namun beragam, plural.

Itu suatu kenyataan. Bahkan, negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu.

Juga kemajemukan suku dengan segala kebiasaan, tradisi, dan budaya yang beragam-ragam, adalah sebuah fakta. Yang kesemuanya unik-unik. Masing-masing memiliki kekhasan sendiri-sendiri. Yang semuanya indah-indah dan elok-elok. Yang kemudian memperkaya Indonesia. Menjadikan negeri berbeda dengan negara-negara lain dan unggul dalam seni budaya.

Negeri ini juga memiliki ratusan kelompok etnis. Tiap etnis memiliki budaya yang berkembang selama berabad-abad, dipengaruhi oleh kebudayaan India, Arab, Cina, dan Eropa, termasuklah kebudayaan sendiri yaitu Melayu. Contohnya tarian Jawa dan Bali tradisional memiliki aspek budaya dan mitologi Hindu, seperti wayang kulit yang menampilkan kisah-kisah  Ramayana dan Bharatayuda.

Banyak juga seni tari yang berisikan nilai-nilai Islam. Beberapa di antaranya dapat ditemukan di daerah Sumatera seperti tari Ratéb Meuseukat dan tari Seudati dari Aceh.

Alhasil, kebudayaan nasional Indonesia secara hakiki terdiri dari semua budaya yang terdapat dalam wilayah Republik Indonesia. Tanpa budaya-budaya itu tak ada kebudayaan nasional. Tetapi, hal tersebut tidak berarti kebudayaan nasional sekadar penjumlahan semua budaya lokal di seluruh Nusantara. Kebudayan nasional merupakan realitas, karena kesatuan nasional merupakan  realitas. Kebudayaan nasional akan mantap apabila di satu pihak budaya-budaya Nusantara asli tetap mantap. Di lain pihak kehidupan nasional dapat dihayati sebagai bermakna oleh seluruh warga masyarakat Indonesia (Franz-Magnis Suseno, 1992).

***

Permukiman di pinggir Kali Code, Yogya (Foto: Istimewa)


Semua itu adalah kenyataan yang tidak bisa dipungkiri oleh siapa pun. Kita selalu mendengar pernyataan orang Indonesia dikenal sebagai  orang yang ramah. Para wisatawan mancanegara setelah berkunjung ke Indonesia mengatakan hal tersebut.

Bukankah, sifat orang Indonesia yang ramah merupakan perwujudan dari nilai–nilai kebudayaan yang ada di masyarakat. Seluruh budaya di negeri mengajarkan  sopan santun dan bersikap baik. Agama yang dianut orang Indonesia pun mengajarkan hal sama. Tidak ada satupun agama yang mengajarkan umatnya untuk tidak santun, untuk tidak sopan.

Apakah karena pengaruh ideologi, budaya asing yang masuk ke negeri ini telah membuat terjadinya perubahan sifat, watak, tabiat, perilaku bangsa ini. Tidak semuanya, memang. Tetapi, kalau hal itu dibiarkan terus, bukan mustahil yang kecil itu akan menjadi besar, membahayakan negara dan bangsa ini. Ibarat api.

Maka itu, tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa kita harus bebas dari pengaruh budaya yang memecah-belah bangsa ini, dari manapun asalnya budaya itu. Bangsa kita harus kembali bersatu, rukun dan damai, toleran satu sama lain tanpa mempertimbangkan perbedaan suku, etnik, agama, ras dan sebagainya.

Seluruh anak bangsa harus berani berjuang mengembalikan karakter, watak bangsa yang sesungguhnya yakni cinta damai, tepo-seliro, toleran terhadap keanekaragaman suku, budaya, agama dan antar golongan yang ada dan hidup di negeri ini, yang memegang teguh persatuan dan kesatuan.

Tanpa persatuan dan kesatuan, cita-cita bangsa ini tak akan terwujud. Sekali lagi, apa yang salah, bukan siapa yang salah.*

Bagaimana menurut Anda artikel ini
+1
0
+1
1
+1
0
+1
0
Kredensial